Rabu, 21 Maret 2012

Janji Suci Kota Klasik


……Tiba-tiba saja seorang pemuda berkaos oblong dan celana jeans  yang sedikit belel menghampiriku, wajahnya memang tak lebih tampan dari seseorang disamping kanan ku itu, tapi senyumnya terasa hangat ramah ditengah cuaca yang sedetik lagi berkabung.  Bersama sebilah gitar yang nampak kuno ia menganggukkan kepala pertanda “permisi”. Satu persatu dawai digerayanginya, anggun jemarinya nakal. Satu persatu kata mulai muncul dari mulutnya. Terdengar naif memang jika ku tersanjung oleh nada-nada yang dilantunkannya. Tapi memang tepat sekali, naif. Sebuah kota tua, gerimis, dimana bibir tersenyum dan hati tengah berdegup kencang mencoba mencari mesin waktu agar waktu tak lantas berlalu, detik terakhir, saat sebuah jam tangan terasa begitu menyeramkan, tarikan-tarikan nafas yang kasar mencoba berkata “hentikan waktu ini, Tuhan”, ya, semua itu konyol, dan naif, dramatik. Tapi ini kekonyolan klasik yang begitu karismatik dibenak ku. Ingin rasanya ku memeluk seseorang disamping kanan ku, menangis didalamnya dan berkata “tolong hentikan waktu ini untuk beberapa saat saja”. Tapi seseorang disamping kanan ku nampaknya tengah bahagia, entah apa yg membuatnya bahagia ditengah kegundahanku.

“……aku ingin mempersuntingmu, tuk yang pertama dan terakhir…”

Betapa aku ingin menghujani kota ini dengan air mata, Tuhan. Biar ku ganti setiap tetes hujan yang mulai jatuh malu-malu ini dengan air mataku. Entah kesedihan atau kebahagiaan yang tengah ku rasa.

Sempat ku meminta sebuah senandung yang bisa menghantarkan ku meninggalkan kota ini. Masih dengan senyumnya yang hangat dan ramah, kembali ia menggelitiki setiap dawai yang dipeluknya. Berderai kata-kata manis bersahutan nada seklasik kota ini. 

Ya, Ku cukupkan saja perjalanan ini, dibawah rindang daun yang menaungi ku, dibawah tetesan hujan yang mulai meraba tubuhku, ditengah riuh tepuk tangan dibenakku, disamping tubuh tegap yang senantiasa tersenyum, dihadapan jejeran pedagang kaki lima, aku harus tegas, ini saatku kembali ke duniaku.
Terimakasih Tuhan, terimakasih Mas penyanyi untuk "Janji Suci"-nya, terimakasih pohon, terimakasih hujan, terimakasih banyak seseorang disamping kanan ku……
Terimakasih kota klasik.............


20 Maret 2012

-Esage-

Minggu, 18 Maret 2012

Bintang Bersahutan

Membiarkan malam tetap menjadi malam

Dimana hati yang lelah berteduh

Biar mereka yang berbahasa, aku akan diam hingga fajar tak lagi datang. Berteduhlah selama kau mau, karena matahari ingin terlelap lebih lama.

Maka dalam diam langkah ini tak akan terhenti meski malam tak kunjung berakhir.

Dan di ujung malam nanti, beri aku sedikit saja waktu untuk merasa tenang dan damai dalam pelukanmu………………..

Tek perlu menunggu matahari untuk selalu dalam pelukku karena hati tak akan hilang selama nafas masih dapat mengecup damai embun esok hari.

Dan tanpa pernah kau tau, aku lebih dari itu………….

Dan ku tahu, malam pun kian hangat mencumbu para anak langit, berpelukan dibalik hingar binar kota dibawahnya.
selamat malam Bintang....



- Esage -