Kamis, 20 September 2012

pekik

Semua kembali, membiarkan ku mati tertindih gerigi pagi.
ketiadaanku menjadi,
kehilanganku terbagi,
pergi pun tak kunjung abadi
aku ringkih di ujung tanduk
tertusuk,
remuk,
aku terkutuk.
Aku murka
layaknya neraka menyembur luka
membelek duka, kian terbelalak.
Aku berhenti di gigir tebing
menanti ajal untuk dipersunting




-esage-
Bdg, 20 Sept 2012

Mesin Waktu

Sedetik aku berada di persimpangan,
Malioboro, tempat ku berpijak.
Delapan belas tahun lalu,
sepasang kuda putih menghantar ceriaku
Berjingkrak di bawah lampu-lampu, beranjak pijar lugu

Termakan kata

Menurutmu, apa yang membuat ku terlihat arogan?
Dengar bicara ku saat diam terdiamku
bukan diam saat teriakku

Dustaku dalam sajak
Tulusku dalam gerak
Jujurku dalam dusta, menggertak
Retak

Bingkai hujan luntur terbawa erosi,
Di balik cipratannya aku menyerahkan separuh kenistaan, emosi
menyergap, tersergap, aku gegap tanpa gempita

Aku berkata pada bibir,
Yang terjepit jari-jari kremasi
Yang hendak berjingkat, tapi segera terlumat kiamat
Tidakkah terlihat sejumput ucap tersemat??

Mataku bicara dalam segala konotasi
gradasi pembias semu terlunta layu
Dan kau membuatnya terlihat dusta, melulu
"Find me in my own word, not my world"
aku di sini, selalu, Pilu





-esage-
Bdg, 20 Sept 2012

Rabu, 19 September 2012

telanjang

Luruh seluruh peluh mengaduh gaduh dan tak tersentuh
Aku takut malam terlanjur kusut dan aku masih kalut
di sela rerumput kabut yang menyembul ribut.

Ah, ku mohon...
Demi ranum buah dan rimbun pepohon
Naungi hatiku yang telanjang di balik kokoh Kuil, konon
kata-kata yang terlalu suci mengundang dahaga pada tenggorokan para pembongak, kotor.


ranjang keranjang

saat kau kembali,
hanya ada setetes wewangian tubuhku
yang masih menempel di ranjangmu

menjalar disetiap lekuk serat benang,
meliuk mengikuti detak jantung seseorang di atasnya,
ranjang keranjang!!




-esage-
18 Sept 2012

Selasa, 18 September 2012

menoleh??

luka kau toreh
dan membuat gaduh acara jamuan minum teh
dan binatang jalang terus mengoceh
dan minta receh
sekeping, boleh.

Sabtu, 15 September 2012

#topeng

topeng mana lagi yang hendak kau pancarkan auranya?
adakah kau miliki satu topeng tak bertuan?
biar ku cicip sekecap
agar aku pun rasa

kenapa harus bersandiwara?
kenapa harus bermuka?
kenapa harus aku?
kenapa?

sekarang
semua dengan tokohnya
dengan jubah, dengan mahkota,
dengan tombak, dengan tameng, mata panah
gladiator, raja, ksatria, dewa, rakyat, budak, iblis

kenapa menjadi Aku ditengah sandiwara?
ku tanggalkan segala rupa kasta jiwa
menghadap cermin tanpa muka
yang membias tanpa luka
hanya aku dan cerita
tolong aku, jenaka




Sbg, 15  Sept 2012

budak perindu

selamat pagi kau yang merengek dipangkuan rindu...
adakah mimpimu gemintang, berdinding terang dan tenang?
ya, aku pun bergeming di atas telaga yang biaskan kerinduan itu
berkilau

selamat siang budak perindu...
pundakmu cukup kekar untuk memikul sisa rasa yang semakin bertumpuk
bertumpu hanya pada otot yang mengikat percaya
bertaruh nyawa

selamat malam dewa yang ku rindu
singgasana bawah sadarmu membiarkan ku terpenjara, disana.
di bawah riuh cinta yang semerbak seantero nirwana
aku tersiksa




 -esage-
Sbg, 15 Sept 2012

Jumat, 14 September 2012

Mata

semua kan kembali
              kepada pemiliknya,
                                  begitupun kau
                              ke dalam pelukan senja
                                          hangat yang mendingin
                                                   kemudian menjadi malam
                                                    dan aku yang hilang arah, merajah
                                                                   raga yang menari tak terarah
                                                                                biar malam kian menjadi,
                                                                              aku menari dalam buai bayang
               kelam
   biar semburat menghitam
   pekat                 merekat
   buta                     terhina
terdiam                  membisu
terbunuh                membatu
terpaku dalam gelap, hampa.
               pecah
                                                                                        biarlah menghitam dalam
                                                                                   menajam dibalik awan
                                                                     membidik surya, lenyap
                                                hingga fajar menjadi kekal
                                           biarkan pergi, hilang
                     terbawa angin atau mati
biarku menari tak henti
dan menghilang
seraya
pagi







-esage-
Sbg, 14 Sept 2012

Selasa, 11 September 2012

aku kenal

aku kenal tatapan itu
yang sinis, yang dingin, yang memandang ku dari sudut mata mu

aku kenal tatapan itu

Sabtu, 08 September 2012

merasa amphibi

benar ku bilang, kan?!
bintang datang saat aku
menikmati senja menjingga, dan
gila

harusnya kau tak datang pada padang
yang tengah bersemi
bukan ku tak berkehendak
padangku tak mau terinjak

Drama Menari



kertas
"setiap orang bisa membentuk kata-kata indah, merangkainya dalam puisi. tapi, bisakah ia memberinya ruh?"

pena
"bilamana tinta dan kertas bersetubuh, maka terciptalah nyawa dan ruh dalam rangkaian kata"

kertas
"dihadapan sepasang kekasih yang saling cumbu
diatas buku,
bersetubuh,
sungguh...
ijinkan aku mencoba barang sekecup
agar aku dapatkan ruh,
sungguh...
aku butuh keliaran tinta mu"

pendongeng

Malam ini, andai...
Hujan sudi mampir ke teras rumah
atau sekedar melongok jendela kamar para pendongeng
yg terlelap tanpa mendongeng.
Dibacakannya mimpi,
pada mimpi yang kian menjadi.
Berapi-api tanpa api, berandai-andai tanpa khayal.

Jumat, 07 September 2012

Dream

aku memimpikan mimpi
yang ku mimpikan dalam mimpi sang pemimpi
yang memimpikan mimpi



-esage-
7 sept 12

Kamis, 06 September 2012

Lucu

Lucu,
Sore itu hujan memanja; bergelayutan di antara awan, dan jatuh.
Menyapa hutan; membelai helai demi helai daun, dan pecah di tanah.
Saling bercerita lah si induk dan si anak; apa ini, apa itu, kenapa begini, kenapa begitu, adalah ini, adalah itu, karena ini, karena itu.
Dalam rumah yang lembab, dan bau akar terbakar yang segera tersiram hujan. hhhhhmm...khas!!
Tanah basah di bawah sana pun mengirim bebauan klasik yang segar. Memantulkan aromanya ke seluruh bumi.

"kemana ayah?" tanya si anak