#1
20
Mei 2012 (19.15 wib)
Huoaaamm…nyemnyemnyem…
ngantok ngantok ngantok. (si Upin menjawab: Becul Becul Becul). Bukan, bukan
ngantuk gara-gara nonton final Piala Champion antara Chelsea dan Bayern Munchen,
bukan. Ini emang semacam penyakit yang mem‘budaya’ yang agak sedikit susah dihilangkan,
bahkan untuk diubah sedikitpun agaknya sulit (khususnya bagi saya). Dari mata
turun ke perut, naik lagi ke mata. Liat makanan, laper, makan, kenyang,
ngantooookk kemudian. Hzzzzz… -_____-ZZzzzz……
Sebelum
kantuk ini semakin bergelayut dibulu mata, dan bikin kelopak mata semakin
berat, rasanya saya harus menuliskan sedikit cerita yang saya dapat hari ini. Hmmm,,,sepertinya
ini menjadi ‘curhatan’ pertama saya di blog. Bukan sekedar cerita, tapi
pelajaran, dan sesuatu yang belum bisa saya pecahkan seperti misteri sebuah
cerpen yang gak lolos audisi penulis muda (curcol dikit diawal, ups).
Okehhh,
sebelum saya nekat cari dongkrak untuk menahan kelopak mata atas saya, sebelum
linggis beralih fungsi jadi ‘ganjal’ mata. Bagaimana kalau saya mulai saja
‘curhat’nya ?? –oke ajalah biar cepet—oke sip!!
Begini,
beberapa minggu lalu seorang teman memberitahu saya tentang sebuah...hmmm…apa
ya…lomba, kompetisi, audisi atau...ya semacamnya lah. Setelah sekian lama
menunggu info yang lebih jelas, akhirnya saya mendaftar sebagai peserta,
walaupun saya kurang yakin karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
Singkat
cerita, setelah beberapa tulisan selesai dibuat. 2 buah cerpen dan satu cerpen
yang belum selesai, dan beberapa puisi yang sudah dipilah-pilih dari file-file
berdebu dikolong meja. Saya sudah siap untuk mengirimkan karya kepada pihak
penyelenggara. Tapi keyakinan itu belum juga muncul. Sempat saya memutuskan
untuk tidak mengikui audisi itu. Dan lebih memilih ‘menunggu mukjizat’ datang.
How ‘freak’ I am…
Akhirnya,
beberapa hari sebelum batas akhir pengiriman karya, saya menulis sebuah cerpen,
cerpen ke-4. Entah karena saya ceroboh, atau karena sudah benar-benar menyerah
sebelum berperang, saya hanya menulis apa yang saya pikirkan, tanpa memeriksa
kembali apa yang sudah saya tulis. Dan keesokan harinya, tanpa benar-benar
memeriksa, atau sekedar membaca sedikit saja. Sampailah karyaku kepada pihak
penyelenggara, 1 buah cerpen berjudul “LENTA DEVUSKHA The Big Walls Code”, juga
3 buah puisi yang masing-masing berjudul “Sajak Ranjang Reot”, “RUH”, dan “I” .
bukan maksud serakah atau mencari keberuntungan “lotre” dengan mengirim lebih
dari 1 naskah. Sejujurnya, hanya 2 yang menjadi andalan. 2 lagi anggap saja
bonus untuk pihak penyelenggara, sekaligus sedikit ‘curhatan’ tentang apa yang
saya lihat dari Nagari ini. Dan,,,,ya. Optimis!!!
1
hari setelah saya ‘melepas’ 4 tulisan itu, mungkin Tuhan ingin saya sadar atas
apa yang telah saya perbuat, atau Tuhan ingin memberi saya satu pelajaran. Saya
buka kembali kotak email saya. Melihat kembali apa yang sudah saya tulis
kemarin. Dan apa yang terjadi???
JENG
JENGGG!!!!!
Sebuah
kesalahan fatal jelas sekali tertulis. OWH SHIT!!! “ceroboh banget sih gue!!!” semuanya
terlambat, dan pesimis kembali memeluk erat. Optimisme yang baru saja saya
dapat dengan sekejap menghilang “tring”. Saya hanya bisa berkhayal saat nama
saya dipanggil pada sesi pengumuman pemenang. Saat seisi ruangan dipenuhi riuh
tepuk tangan. Saat banyak telapak tangan saling bersilangan mengucapkan
selamat. Hmmm…sebatas khayalan di depan cermin saja.
“yasudahah,
yang jelas saya dapat satu pelajaran. Jangan ceroboh, dan merasa terlalu
yakin.”
Sbg,
20 May 2012
–esage–