Senin, 31 Desember 2012

Bumi Gonjang-Ganjing; Hati Pontang-Panting

Ku tengok ke dalam hatiku, gelap; 
guntur bersahutan
petir siap bertabrakan
angin kencang
ku rasa ini badai.

Ada gelombang pasang yang enggan surut 
Menggerus bibir pantai hingga berdarah-darah 
Sebentuk berahi bumi melumat habis semua 
Ya, porak poranda! 
Yang terombang-ambing biarlah menabrak tebing 
Ini badai tak kan kering

Kamis, 27 Desember 2012

CUACA MENDUNG

ku tengok ke dalam hati, gelap;
guntur bersahutan
petir siap bertabrakan
angin kencang
Ku rasa ini badai

Selasa, 18 Desember 2012

Apa Yang Harus Kita Buat?


Masih dengan hujan yang sama;
Pada Desember ia merajalela.
Saat kolam renang dan kolam ikan dan empang dan sawah
dan bendungan dan sungai dan samudera
bersatu menjadi kolam raksasa
Tak hanya kami yang senang, rumah pun berenang riang

Selasa, 11 Desember 2012

Dekap aku...!


Cinta, sudikah kau memberikan pundakmu untukku?
Semalam saja...
Dinding ini terlalu dingin untuk ku bersandar
Di balik kamar yang sepi, dingin terasa sampai ulu hati
Aku takut, aku ngeri…

Senin, 10 Desember 2012

Dibalik Bulan, Ku Lihat Muram

Selamat malam, Sayang
Masih dengan sudut-sudut kota yang makin meruncing
Aku pun masih bersama gelas kaca yang berdenting
Wine diteguk, hati bergeming
Kala sekitar mendadak hening

Aku terhentak!

Sekeliling berubah gelap;
lindap, lalu lenyap
Api dalam tungku ikut padam
Dan aku hanya diam;
bungkam

Adakah sekelebat Engkau yang menyelinap
ke dalam celah-celah jari tangan yang mulai menggigil ketakutan?



9 Des '12
-esage-

Minggu, 09 Desember 2012

Cerita Luna


28 June 2012

Luna. 19 tahun, dan dia freak.

Baru saja lulus SMA. Cantik sih, tapi freak. Pinter, sayangnya freak. Baik lagi, tapi tetep aja FREAK. Miss Freak? Yeay hahaa…

Oke, sekarang kita ilangin dulu sebutan “Freak” nya Luna. Dia cantik, pinter, baik, tapi ada satu masalah dalam hidupnya yang bikin ke-Freak-annya semakin freak, freak, dan lebih freak. APA??

Simple, Luna tak pernah merasakan belaian lembut dirambutnya dari seorang kekasih. Uuuuuhh,,kacian. Bukan karena dia jomblo, bukan, sama sekali bukan. Dia udah punya pacar sejak umurnya masih 12 tahun, tepatnya saat dia kelas 1 SMP. Bukan juga karena semua cowok yang pernah dipacarinya itu gak suka ngelus-ngelus rambut, bukan. Bukan juga karena rambut Luna pendek, atau botak, wogh bukaaan!! Malah Luna sempet ikutan kontes kecantikan rambut. Ya walaupun gak lolos karena ada selembar uban nongol tepat di atas poninya. So?? KENAPA Luna gak pernah merasakan belaian halus dirambutnya, (bahkan juga ciuman manis dikeningnya?? Juga sosok kekasih disetiap ulang tahunnya) KENAPA?? KENAPA?? KENAPAAAHH?? Kamu tahu masalahnya?? Tidak?? Let’s cekidot…

Di balik Jendela, Ku Lihat Nostalgia

Selamat pagi, Sayang
Bukankah kita masih berada di tempat yang sama seperti tadi malam?
Masihkah hati mu di tempat itu?
di tempat terakhir kita bertemu...
Dimana kita masih sama-sama lugu
dan malu-malu dipangku ibu

Aku masih...

Kamis, 06 Desember 2012

Bebunyian Apa Lagi Yang Hendak Kau Sunyikan??

PLAK!!
         DUG!!
                  ssssSSSRRKKK!!
                                       GDBUKK!!
                                                       PRANGG!!

Peperangan dimulai, kumandang adzan pun tak di dengar
Mungkin tuli atau sengaja pamerkan nyali
Kaki tak bisa lagi melangkah gontai...lari!

Senin, 03 Desember 2012

Ada Harga Ada Rupa, Ada Rupa Tak Berharga

untuk rupa yang berserak,
terinjak,
rusak,
dan kena berak;
manusia-manusia tampan yang minum arak.
berapa duit yang sanggup diarak?

siapa mau lelang?



Sbg, 3 Des 2012
-esage-

Minggu, 02 Desember 2012

Awal untuk Akhir

Sebelum aku berjalan terlalu jauh merasuki Desember,
ku katakan padamu,
pergilah bersama dirimu yang dulu.
Aku akan menuju Januari ku sendiri

Sebelum aku tersadar ini akan berakhir,
baiknya kau pikirkan
waktu yang tepat untuk pergi.
Mungkin lebih cepat, itu akan teramat baik

..............................

*bersambung




Sbg, 021212

Rabu, 28 November 2012

Diary Abelle


Saat ini, mungkin kau tengah terlelap dalam mimpimu, atau mungkin sedang menikmati malam di tengah hingar bingar negeri itu, atau mungkin juga tengah berkutat dengan tugas akhirmu. Entahlah…

Senin, 26 November 2012

Jumat, 23 November 2012

Secangkir Teh Hangat

Kau tahu, Rona, kemarin aku bicara tentang sepasang kenari yang sembarang melintas ke depan jendela kamarku? Katanya sekarang salah satunya kehilangan yang lainnya.

Kau tahu, Rona, kemarin ada seorang pemulung gelas dan botol air mineral bekas yang selalu bergantung dengan gerobaknya? Katanya siang tadi gerobaknya dirusak oleh preman pasar yang mukanya sangar dan badannya kekar.

Moccachino dan Bau Tanah

Aroma terapi ditengah badai dan halilintar.
Hangat dan segar
itu saja…










Sbg, 18 November 2012

Senin, 19 November 2012

Jamuan Rahasia (RE)


“Bagaimana jika ku (masih) mencintai orang yang telah mempertemukan aku dengan suamiku, Juga suami ku yang (masih) memikirkan gadis yang dulu sangat dicintainya?”

Hari ini adalah tepat tahun ke tiga pernikahan kami; aku dan suami ku. 3 tahun berlalu tanpa tangisan seorang buah hati. Bukan karena salah satu dari kami yang ‘lemah’. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan dan mimpi masing-masing.

Kopinya Mbah Kakung


Pagi itu begitu sejuk. Mbah Kakung menyeruput kopi tubruknya perlahan di teras depan rumah, ditemani si Bejo. Gerombolan anak SD semangat menuju sekolah, malah ada yang berlari, ndak sabar pingin hormat sama sangsaka merah putih sambil nyanyi Indonesia Raya di sekolahnya.

“Pagi Pakde…” sapa Pak Gun, guru honorer yang sudah lebih dari 20 tahun mengabdi jadi guru SMA di desa.

Kamis, 15 November 2012

Aku Tahu Kau


Selamat malam, Bintang…
Hmmm…hah…
Nafasmu masih menyegarkan kerongkongan ku
Berapa lama kita tak saling pandang dalam temaram kota?
Sewindu?
Sejuta windu?
Ah, se-Entah windu sepertinya

Jangan Larang Aku Menyayangimu

 Aku Amira.

Sejak lahir aku bisu.

Senin, 12 November 2012

(untitled)


Aku yang lajang
Aku yang bimbang
Aku yang diserang

Aku yang jalang
Aku yang telanjang
Aku yang ditendang

Aku yang lancang
Aku yang pincang
Aku yang dicincang

Aku yang merancang



Sbg, 12-11-12
-esage-

Kamis, 01 November 2012

Aku mengenalmu...

Aku mengenalmu…
Sejak rambutmu berkibar di Semeru,
lalu terpangkas di Rinjani,
kemudian tersapu hujan di kaki Ciremai.
Sampai saat ini, masih ku kenali kau…
Hingga mahkotamu tak lagi berkuasa
Dan perlahan meninggalkan tahtanya
Dan aku masih sangat mengenalmu…

Rabu, 31 Oktober 2012

Teruntuk, Tuan Dalang...

selamat pagi (siang, sore, atau malam), Dalang…
Lagi-lagi hanya suratku yang menyapa mu. Bersama rindu yang tertinggal sepeninggal mu, tentu saja. Bagaimana kabarmu hari ini, Dalang?? Senang rasanya andai aku tahu kabarmu setiap saat tanpa harus menunggu berhari-hari sampai surat darimu tiba di depan mataku. Hahhh…bukannya aku mengeluh atas semua keadaan ini, tapi… ya kau pun tahu bagaimana rasanya. Sendiri, sepi, kosong, hampa, dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain. Kepergianmu bersama 2 temanmu tempo hari menyisakan rindu yang harus ku pikul sampai mataku dan matamu bersatu kembali suatu hari nanti.

Senin, 08 Oktober 2012

selayang pandang: hujan tepi angan

Tatkala hujan datang di gersangku
tandus, hangus
Bersama buku, dan kutu,
di hadapku semua tetumbuh
bercampur peluh
luntur sekelebat eluh,
langit air melulu.

Kamis, 20 September 2012

pekik

Semua kembali, membiarkan ku mati tertindih gerigi pagi.
ketiadaanku menjadi,
kehilanganku terbagi,
pergi pun tak kunjung abadi
aku ringkih di ujung tanduk
tertusuk,
remuk,
aku terkutuk.
Aku murka
layaknya neraka menyembur luka
membelek duka, kian terbelalak.
Aku berhenti di gigir tebing
menanti ajal untuk dipersunting




-esage-
Bdg, 20 Sept 2012

Mesin Waktu

Sedetik aku berada di persimpangan,
Malioboro, tempat ku berpijak.
Delapan belas tahun lalu,
sepasang kuda putih menghantar ceriaku
Berjingkrak di bawah lampu-lampu, beranjak pijar lugu

Termakan kata

Menurutmu, apa yang membuat ku terlihat arogan?
Dengar bicara ku saat diam terdiamku
bukan diam saat teriakku

Dustaku dalam sajak
Tulusku dalam gerak
Jujurku dalam dusta, menggertak
Retak

Bingkai hujan luntur terbawa erosi,
Di balik cipratannya aku menyerahkan separuh kenistaan, emosi
menyergap, tersergap, aku gegap tanpa gempita

Aku berkata pada bibir,
Yang terjepit jari-jari kremasi
Yang hendak berjingkat, tapi segera terlumat kiamat
Tidakkah terlihat sejumput ucap tersemat??

Mataku bicara dalam segala konotasi
gradasi pembias semu terlunta layu
Dan kau membuatnya terlihat dusta, melulu
"Find me in my own word, not my world"
aku di sini, selalu, Pilu





-esage-
Bdg, 20 Sept 2012

Rabu, 19 September 2012

telanjang

Luruh seluruh peluh mengaduh gaduh dan tak tersentuh
Aku takut malam terlanjur kusut dan aku masih kalut
di sela rerumput kabut yang menyembul ribut.

Ah, ku mohon...
Demi ranum buah dan rimbun pepohon
Naungi hatiku yang telanjang di balik kokoh Kuil, konon
kata-kata yang terlalu suci mengundang dahaga pada tenggorokan para pembongak, kotor.


ranjang keranjang

saat kau kembali,
hanya ada setetes wewangian tubuhku
yang masih menempel di ranjangmu

menjalar disetiap lekuk serat benang,
meliuk mengikuti detak jantung seseorang di atasnya,
ranjang keranjang!!




-esage-
18 Sept 2012

Selasa, 18 September 2012

menoleh??

luka kau toreh
dan membuat gaduh acara jamuan minum teh
dan binatang jalang terus mengoceh
dan minta receh
sekeping, boleh.

Sabtu, 15 September 2012

#topeng

topeng mana lagi yang hendak kau pancarkan auranya?
adakah kau miliki satu topeng tak bertuan?
biar ku cicip sekecap
agar aku pun rasa

kenapa harus bersandiwara?
kenapa harus bermuka?
kenapa harus aku?
kenapa?

sekarang
semua dengan tokohnya
dengan jubah, dengan mahkota,
dengan tombak, dengan tameng, mata panah
gladiator, raja, ksatria, dewa, rakyat, budak, iblis

kenapa menjadi Aku ditengah sandiwara?
ku tanggalkan segala rupa kasta jiwa
menghadap cermin tanpa muka
yang membias tanpa luka
hanya aku dan cerita
tolong aku, jenaka




Sbg, 15  Sept 2012

budak perindu

selamat pagi kau yang merengek dipangkuan rindu...
adakah mimpimu gemintang, berdinding terang dan tenang?
ya, aku pun bergeming di atas telaga yang biaskan kerinduan itu
berkilau

selamat siang budak perindu...
pundakmu cukup kekar untuk memikul sisa rasa yang semakin bertumpuk
bertumpu hanya pada otot yang mengikat percaya
bertaruh nyawa

selamat malam dewa yang ku rindu
singgasana bawah sadarmu membiarkan ku terpenjara, disana.
di bawah riuh cinta yang semerbak seantero nirwana
aku tersiksa




 -esage-
Sbg, 15 Sept 2012

Jumat, 14 September 2012

Mata

semua kan kembali
              kepada pemiliknya,
                                  begitupun kau
                              ke dalam pelukan senja
                                          hangat yang mendingin
                                                   kemudian menjadi malam
                                                    dan aku yang hilang arah, merajah
                                                                   raga yang menari tak terarah
                                                                                biar malam kian menjadi,
                                                                              aku menari dalam buai bayang
               kelam
   biar semburat menghitam
   pekat                 merekat
   buta                     terhina
terdiam                  membisu
terbunuh                membatu
terpaku dalam gelap, hampa.
               pecah
                                                                                        biarlah menghitam dalam
                                                                                   menajam dibalik awan
                                                                     membidik surya, lenyap
                                                hingga fajar menjadi kekal
                                           biarkan pergi, hilang
                     terbawa angin atau mati
biarku menari tak henti
dan menghilang
seraya
pagi







-esage-
Sbg, 14 Sept 2012

Selasa, 11 September 2012

aku kenal

aku kenal tatapan itu
yang sinis, yang dingin, yang memandang ku dari sudut mata mu

aku kenal tatapan itu

Sabtu, 08 September 2012

merasa amphibi

benar ku bilang, kan?!
bintang datang saat aku
menikmati senja menjingga, dan
gila

harusnya kau tak datang pada padang
yang tengah bersemi
bukan ku tak berkehendak
padangku tak mau terinjak

Drama Menari



kertas
"setiap orang bisa membentuk kata-kata indah, merangkainya dalam puisi. tapi, bisakah ia memberinya ruh?"

pena
"bilamana tinta dan kertas bersetubuh, maka terciptalah nyawa dan ruh dalam rangkaian kata"

kertas
"dihadapan sepasang kekasih yang saling cumbu
diatas buku,
bersetubuh,
sungguh...
ijinkan aku mencoba barang sekecup
agar aku dapatkan ruh,
sungguh...
aku butuh keliaran tinta mu"

pendongeng

Malam ini, andai...
Hujan sudi mampir ke teras rumah
atau sekedar melongok jendela kamar para pendongeng
yg terlelap tanpa mendongeng.
Dibacakannya mimpi,
pada mimpi yang kian menjadi.
Berapi-api tanpa api, berandai-andai tanpa khayal.

Jumat, 07 September 2012

Dream

aku memimpikan mimpi
yang ku mimpikan dalam mimpi sang pemimpi
yang memimpikan mimpi



-esage-
7 sept 12

Kamis, 06 September 2012

Lucu

Lucu,
Sore itu hujan memanja; bergelayutan di antara awan, dan jatuh.
Menyapa hutan; membelai helai demi helai daun, dan pecah di tanah.
Saling bercerita lah si induk dan si anak; apa ini, apa itu, kenapa begini, kenapa begitu, adalah ini, adalah itu, karena ini, karena itu.
Dalam rumah yang lembab, dan bau akar terbakar yang segera tersiram hujan. hhhhhmm...khas!!
Tanah basah di bawah sana pun mengirim bebauan klasik yang segar. Memantulkan aromanya ke seluruh bumi.

"kemana ayah?" tanya si anak

Senin, 27 Agustus 2012

da Jaduleir

Nambah-Nambah koleksi
(@_@)

and I missed 140 Caracters

aku kehilangan, kehilangan hilang yang hilang saat hilang menghilang. bisakah aku menghilang dikala hilang tak lagi hilang? lalu hilang lagi

Minggu, 26 Agustus 2012

(sinopsis) Short Movie (belum ada judul)


Semakin hari Lastri semakin dekat dengan lelaki itu. Setiap berangkat sekolah, lelaki itu pasti sudah menunggu di depan gang rumah Lastri. Dengan langkah senang Lastri pun menuju mobil yang terparkir tepat di depan gang itu. Menyambut senyum sang lelaki itu dengan senyum khas gadis 16 tahun. Pulang sekolah pun demikian, mobil itu selalu mengantar Lastri kembali ke rumah.
Sebulan terakhir ini, setiap akhir pekan, Lastri tak pernah ada di rumah. Lelaki itu selalu mengajaknya keluar; jalan-jalan, berbelanja pakaian, buku, dll. Orang tua Lastri mulai curiga dengan belanjaan Lastri yang kerap dibawanya pulang. Pakaian baru, jam tangan baru, buku-buku baru, dan banyak lagi. Dari mana semua itu? Orang tua Lastri tak pernah memberi uang lebih untuk membeli barang-barang sebanyak itu. Apalagi untuk membeli barang-barang bermerk seperti itu. Orang tua Lastri bukan orang berada. Ayahnya hanya seorang guru SD.
Suatu hari ayah Lastri yang sudah menaruh curiga pada anaknya itu tak sengaja memergoki Lastri yang baru saja turun dari mobil sepulang sekolah. Ayah Lastri yang saat itu baru saja pulang dari sekolah tempat ia bekerja melihat wajah lelaki dalam mobil itu dari kaca mobil yang terbuka saat Lastri melambaikan salam perpisahan pada lelaki itu.

Sabtu, 25 Agustus 2012

#Starnivora

.........seperti Singa memakan Kelinci.........
.........seperti kelinci memakan wortel.........
.........seperti kelinci dan wortel dimakan manusia.........
boleh aku memakan biji putih kecil yang menggantung di atas sana?
wow, bersinar!!
sayapku....ah, lupakan sayap!!
pakai otak saja!
kita berpikir, melayang, merenggut,
dan...
makan.
nyam nyam...!!



-Starnivora-




Bandung, 25 Agustus 2012
-esage-

Selasa, 21 Agustus 2012

#Siluet

Mimpikah ku?
Melihat mata mu tengah menusuk mataku, dalam...
Menjadi siluet di balik murka senja
ah,,,senja...merahmu amarah. atau tersipu? aku tertipu!

Mimpikah ku?



Bandung, 21th August 2012
-esage-

10th

bicaralah pada pendeta di Kuil Barat
tak lantas aku menatap padamu dan berkata "Ya"

dan aku percaya pada tungku yang terus membakar tembikar
membuatnya kuat ditengah panas yang membakar dirinya


August, 21th 2012, Bandung
-esage-

Kamis, 16 Agustus 2012

MAINSTREAM

AKU

                KAU

                                IBU MU

                    WANITA PILIHAN IBU MU

Akh klise…



pada NAM BELAS AGOESTOES
Bandung, 2012

Nam Belas Agoestoes

pada Nam Belas Agoestoes aku malu

pada Nam Belas Agoestoes aku berdiri
pada Nam Belas Agoestoes aku berlari

pada Nam Belas Agoestoes aku menjadi pribadi
pada Nam Belas Agoestoes aku menjadi arti
pada Nam Belas Agoestoes aku menjadi diri

pada Nam Belas Agoestoes aku berkata
pada Nam Belas Agoestoes aku mencerca
pada Nam Belas Agoestoes aku menghina
pada Nam Belas Agoestoes aku murka

pada Nam Belas Agoestoes aku suka
pada Nam Belas Agoestoes aku tawa
pada Nam Belas Agoestoes aku terlena
pada Nam Belas Agoestoes aku berbunga
pada Nam Belas Agoestoes aku bercinta

pada Nam Belas Agoestoes aku duka
pada Nam Belas Agoestoes aku lara
pada Nam Belas Agoestoes aku kecewa
pada Nam Belas Agoestoes aku sengsara
pada Nam Belas Agoestoes aku terhina
pada Nam Belas Agoestoes aku ...........



tamat




Bandoeng, pada NAM BELAS AGOESTOES
2012

Nam Belas Agoestoes

aku bicara pada Tuhan-ku sendiri; berbisik dengan sedikit amarah.

"benar, tepat 21 tahun lalu aku menangis untuk pertama kalinya, disambut bahagia Ibu, Mbah Putri, dan Mbah Kakung, juga ayah. mereka bahagia di atas tangisanku. tangisan makhluk kecil yang tak tahu apa-apa. kenapa mereka bahagia melihatku menangis, Tuhan? konon, jika aku tak menangis, mereka akan bersedih. kenapa?
setiap Nam Belas Agoestoes menjemput satu persatu nyawaku, kau memberi bahagia. mengganti tangisan yang pertama ku lakukan itu. kecupan sayang Ibu dan kedua Eyangku, juga ayah. ku temukan beberapa kado berserakan di atas tempat tidur saat ku buka mata pada Nam Belas Agoestoes. hangat.

Tapi,

"Hari ini kurasa begitu sadis. Kau jahat, Tuhan!! Kado macam apa ini?? Kau ingin aku menangis lagi, dan orang-orang bahagia, begitu? atau Kau tak tahu atau mungkin tak mau tahu hari apa ini, hingga Kau seenaknya saja menuliskan cerita agar yang lain terhibur, begitu? kenapa tepat saat Nam Belas Agoestoes datang menjemput satu lagi bagian nyawaku Kau malah memberi serbuk pedas tepat di mataku? tak bisa kah Kau menundanya hingga esok? kenapa harus hari ini? Kau jahat, Tuhan! Kau bukan lagi temanku."

"tidak, Tuhan hanya ingin memberimu sedikit ilmu. kau akan naik tingkat. sanggupkah kau lulus dengan skor yang indah? Tuhan tahu kau sedang dalam perjalanan menuju impian mu. Tuhan tahu apa yang menjadi tujuanmu. Tuhan tahu apa yang kau butuhkan. jangan berburuk sangka, Tuhan tahu jelas apa yang kau inginkan. Tanpa pelukan Eyang Putri pun kau masih bisa mengejar impian, bukan? Tanpa kecupan Eyang Kakung pun kau masih bisa berjalan, bukan?"

Nam Belas Agoestoes datang lagi, waktu ku tak banyak lagi.








"Nam Belas Agoestoes"
Bandoeng, 2012

Senin, 13 Agustus 2012

Pippow Pillow

kau adalah teman
kau sahabat
kau kekasih
kau suami
kau anak
kau yang terkasih
kau Pippow Pillow

menjadi sandaran, menjadi tempat berteduh, berkeluh kesah, bahagia, bangga...
saat ceria, berbunga, menderita, kesal, gemas, ingin mencubit, ingin memeluk, ingin memukul, ingin mencium...
saat sendiri, malam, hujan, dan aku kelaparan, kau juga yang menghangatkan perutku, menyembunyikan bebunyian didalamnya, menekan hingga bunyinya lenyap terbawa mimpi.
dan ku cintai kau...
Pippow Pillow



......dan kau tak akan tergantikan oleh siapapun, bahkan suamiku kelak.




*maaf tak membawamu pulang, Pippow Pillow...
23:50 Subang, 12 Agustus 2012

Sabtu, 11 Agustus 2012

Jamuan Rahasia


“Bagaimana jika ku (masih) mencintai orang yang telah mempertemukan aku dengan suamiku, Juga suami ku yang (masih) memikirkan gadis yang dulu dicintainya?”
Hari ini adalah tepat tahun ke tiga pernikahan kami; aku dan suami ku. 3 tahun berlalu tanpa tangisan seorang buah hati. Bukan karena salah satu dari kami yang ‘lemah’. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan dan mimpi masing-masing.
Dirga, suamiku, sudah tak ada di rumah sejak fajar hingga nyaris tengah malam, nyaris setiap hari. Sedangkan aku, aku sibuk mengejar impian ku sebagai seorang penulis. Dan, ya, sekarang aku seorang penulis. Penulis yang selalu dikejar deadline. Bukan kesibukan yang membuat kami bertahan tanpa buah hati, bukan juga karena ‘siapa yang mandul’. Kami memang tak berusaha.
Tepat 3 tahun yang lalu kami menggelar pernikahan cukup mewah di sebuah hotel berbintang di kota ini. Pernikahan yang didasari cinta kasih sudah sepantasnya mendapat perlakuan istimewa. Pernikahan yang (seharusnya) hanya (boleh) sekali seumur hidup, tentu saja membuat kami ingin melakukannya dengan sangat baik dan sempurna. Dia mencintaiku sepenuh hati, begitupun aku. Menjalin hubungan pacaran seperti yang lain? Kami melewatinya dengan sangat bahagia, suka dan duka kami bagi bersama. 1 tahun saja, cukup untuk kami saling mengenal luar dalam. Dia melamarku, dan tanggal 1 Januari 3 tahun lalu kami menikah.
Kalian pikir apa yang kami lakukan saat malam pertama? Kami hanya membaca sebuah bacaan di depan kami. Dia, suami (baru) ku, asik melihat-lihat agendanya, laporan pekerjaannya, dll. Aku? Aku asik di depan laptop, menyelesaikan hutang tulisan ku kepada penerbit yang masih menggunung-gunung. Tak pernah ada ‘malam pertama’ dalam kehidupan rumah tangga kami. Tak ada malam ke dua, ke tiga, keseratus, keseribu, tidak! Tidak ada! Kalian pikir kami akan memiliki anak dari kebiasaan seperti itu? Kalian pikir aku pecinta sesame jenis hingga aku tak mau melakukannya dengan suamiku sendiri? Tidak, aku mencintai suamiku lebih dari hidupku, begitupun suamiku terhadapku. Sekali lagi, kami saling mencintai.
Hari ini, pada hari ulang tahun pernikahan kami yang ke tiga, aku menyiapkan makan malam spesial untuk Dirga. Dia pun berjanji akan pulang cepat, sebelum senja berpulang. Dan benar, tepat pukul 18.12 mobilnya sudah terparkir rapi di garasi. Ku tengok, seorag lelaki jangkung kekar keluar dari dalamnya dengan wajah berbinar melihat sambutan hangat dari senyumku di daun pintu.
“assalamualaiakum…” ku raih tangannya, dan ku cium punggung tangannya
“wa’alaikumsalam…” jawabku plus senyum terindahku
“kali ini aku tepat janji kan, sayang?” tangannya melingkar di pinggangku juga sebuah kecupan dikening
“iya mas, coba kalau setiap hari…” dan dia tersenyum, kami pun berlalu masuk ke dalam rumah.
Aku menyiapkan makan malam selagi Dirga mandi. Di meja makan bulat ini tersimpan rapi semua makanan kesukaan suamiku. Makanan rumahan yang sudah lama tak pernah ku masak. Ya, karena kami tak pernah makan di rumah. Sebuah lilin cantik juga menambah indah malam ini. Dirga mematikan lampu disekitar meja makan, hanya lilin dan cinta kami yang menerangi malam ini. selesai menyantap semua yang ada di atas meja, Aku memulai pembicaraan yang lebih serius.
“sampai kapan kita akan seperti ini, mas?” tanyaku tenang dengan suara rendah, sengaja ku buat semerdu mungkin agar Dirga tak terkejut dengan pertanyaan itu.
            Dirga terdiam, cukup lama. Mungkin karena aku tak sabar menanti jawabannya, 10 detik pun terasa 1 jam. Akhirnya ia menarik nafas panjang, menahannya, dan terbuang; seperti cinta.
“baiknya kau tanya hatimu juga, Fat” jawabnya dengan mata kosong menatap lilin yang tinggal setengah.
“aku lelah, mas. 1 tahun aku berusaha mencintaimu lebih dan lebih. Hingga kita menikah, dan aku memang mencintaimu. 3 tahun setelahnya, hingga detik ini aku berada tepat didepan matamu yang mulai nanar, aku lelah. Lelah membohongi hatiku, cintaku pada Badai terlalu besar, melebihi cintaku padamu, mas. Aku tahu, cintamu pada Sekar pun tak akan bisa tergantikan oleh hadirku dihari tuamu kelak. Sekar yang selama ini ada dalam mimpi mu, mas. Cintamu padaku tak pernah sebesar cintamu pada cinta pertamamu itu, mas.” Emosiku mulai tak terkendali, nafasku beradu dengan kata, tanganku gemetar.
“………………” Dirga hanya terdiam
“kenapa diam saja? Lakukan sesuatu! Kembalilah pada Sekarmu!!”
“lalu apa? Kau akan kembali pada Badai?? Badai sudah menjadi suami orang, Fat. Dan aku tak mungkin kembali pada Sekar” ku rasa perang segera dimulai…
“tentu saja aku tak akan kembali padanya. Aku tak seburuk itu, mengharapkan suami orang. Hah!! Aku hanya ingin membunuh diriku sendiri dengan kesendirian, dan tanpa beban sebuah kesalahan dan dosa terhadap suamiku.”
“tidak, Fat. Aku tak akan kembali pada Sekar!!”
“kau tak akan kembali padanya, tapi kau tak pernah memberiku cinta dari hatimu, dan hanya Sekar, Sekar, Sekar yang ada dalam hati dan otak mu, mas. Hah!!” aku mulai beranjak dari meja makan, Dirga pun mengikuti ku
“FATMA!! Berhenti!! Baiklah, lakukan apa saja yang kau inginkan!”
“ceraikan aku, dan kembalilah pada Sekarmu!!” suaraku merendah, dan berlalu


-esage-
11 agustus 2012

Kamis, 09 Agustus 2012

ied-ide-die

"apa suatu saat nanti kita akan mudik ke tempat yang sama?? atau kita malah mudik bersama??"

Tak ada salahnya kan aku bertanya demikian? Ini Ramadhan terindah bagiku, bersamanya--Ramadhan--aku berada dalam cinta yang menaungi puasaku, ibadahku. kelak, saat waktunya tiba, tulisan ini yang akan mengingatkanku akan kecintaan ku akan kau, diriku, dia, dan dia. 4 hal yang acak abstrak, tapi begitu nyata di mataNya.



-esage-
August, 9th 2012

Minggu, 29 Juli 2012

Ku Persembahkan Untuk Sang Pencinta

ijinkan aku mengucap kata cinta untuk yang terkasih diseberang sana...

"Suatu hari aku akan menemui mu, dalam cinta. Cinta yang terapung di samudera, yang melayang diantara bianglala. yang tertanam dalam bumi...Cinta yang terserak dalam laga"

hujan tetaplah hujan, bukan tanda aku menangis. badai tetaplah badai, bukan arti aku membenci. musim semi pun hanya musin semi, bukan saat hati bersemi. tak ingin aku melebihkan diriku sendiri dengan perantara apapun. hujan, badai, summer, winter, or everything.

aku malu membawa diriku untuk menemui mu. aku hanyalah aku, yang layu. kau tahu, aku berada di bawah kesederhanaan. ditudungi kekurangan. tak bisa aku memenuhi rindu mu yang menggebu, begitu pun rinduku.


"Tuhan selalu tahu apa yang ku inginkan. tapi hanya yang terbaik yang akan dia beri, untuk ku, untuk mu, untuk kita"

tetaplah mencintaiku, walau aku tak sanggup menemukan rindu dipelupuk matamu. tetaplah mencintaiku, walau ku tak sanggup memberi ruang pada jari-jemari kita untuk bercumbu. tetaplah mencintaiku, mencintai kekuranganku. mencintai jiwaku, bukan tubuhku, bukan diriku.



29 Juli 2012
-esage-

PUISI


Teringat jelas dalam benak ku. 15 tahun yang lalu. saat ibu masih terlihat sebagai perempuan. Saat itu ibu tengah mengajar tari anak-anak di desaku. Dan si kecil Fatma, aku, hanya memandanginya sambil memakan gula-gula kapas, duduk bersila memunggungi cermin besar dihadapan para penari. Tak mengerti apa yang ibu dan kakak-kakak itu lakukan. Memakai selendang yang diikat dipinggang, berlenggak-lenggok, kiri, kanan. Jari-jarinya lentik gemulai. Matanya melirik, kiri, kanan. Pantatnya bergoyang. Ibu bilang itu menari. Aku tak tahu, untuk apa orang menari?? Ibu malah tak pernah mengajariku untuk menari atau sekedar menyuruhku untuk mengikuti kakak-kakak itu berlatih di garasi yang disulap jadi “sanggar” itu. “Mengenalkan” ku dengan tarian pun tak pernah.
 
Suatu hari, saat semua orang disibukkan dengan agenda Negara, peringatan HUT  Republik Negara ini yang tinggal dua pekan lagi. ibu pun sibuk mempersiapkan anak didiknya agar berlatih lebih semangat. Ditengah kesibukannya ibu tiba-tiba menghampiri gadis kecil berusia 5 tahun ini, aku. Dengan 1 map tebal ditangannya, ibu berjalan ke arahku.
“Fatma, tidak mau ikut menari, nak?”, tanya nya. Dan aku hanya menggelengkan kepala.
Ibu hanya tersenyum, “ibu punya ini untuk Fat”, ibu mwmbuka map itu. Terlihat berlembar-lembar kertas berisi tulisan didalamnya.
“apa itu?” telunjuk rasa coklat ku menunjuk ke arah kertas-kertas itu.
“ini puisi, nak” ibu mengambil satu lembar dan memperlihatkannya padaku

“ka-e-ke..el-a-la(er-a-ra)…we-a-wa…ng. kelawang(kerawang). Be-e-be…ka-a-ka…es-i-si. Bekasi. Kelawang-bekasi??”  maklum aku baru saja akan masuk sekolah dasar taun ini.

“iya, ini puisinya Chairil Anwar. Dulu ibu pernah juara 1 baca puisi ini waktu SMP, pas acara tujuh belasan didesa dulu.”

“puisi itu apa?” sambil menjilat jari-jari yang berlumuran coklat. Kata yang asing, yang aku tahu hanya pussy, panggilan untuk kucing.

“puisi itu kata-kata yang indah. Kata-kata yang cantik.” Sesederhana itu, tapi anak berusia 5 tahun tahu apa?

“cantik? Mana? Fatma lebih cantik, ibu juga cantik” dengan wajah datar dan bibir penuh lumeran coklat

“fatma mau baca puisi?” Tanya nya

“Fat kan belum bisa baca. Ka-a-ka…em-i-mi…kami. Ye-a-ya…ng…yang.” Sambil terus mengeja dalam bisik

“nanti ibu ajarkan” ibu membelai rambut ikalku

“…” aku mengangguk. Aku tak tahu kenapa aku mengangguk.

Keesokan harinya, ibu membiarkan kakak-kakak itu menari sendiri tanpa didampingi ibu. Ibu malah mengajariku membaca “puisi”.

“kami yang kini terbaring antara Kerawang-Bekasi, tak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi, bla…bla…bla…” dengan lantang ibu mendeklamasikan si Kerawang-Bekasi.

Kakak-kakak yang tengah menari malah ikut menonton ibu bersamaku, dan ibu tak melarang (atau mungkin ibu tak menyadari). Kami semua bersila dihadapan perempuan yang seketika berubah seperti seorang pejuang.

“Prok-pok-prok…prok-prok-prok…” orang-orang bertepuk tangan setelah ibu menyelesaikan Kerawang-Bekasi itu. Aku ya ikut bertepuk tangan saja. Hehehe…

“lho, kalian bukannya latihan. Hayo sana lanjut latihannya”

“hehehe…hehehe…” kakak-kakak itu malah cengengesan, dan melanjutkan latihannya.

“nah, baca puisi itu seperti ibu tadi. Fat bisa?”

Aku mengangguk. Lho, kenapa mengangguk? Aku bahkan tak tau apa-apa.

Entah roh apa yang merasuki ku. Si Fatma kecil ini naik panggung tanggal 17  Agustus 1996 dengan percaya diri. Berdandan ala pejuang jaman ’45.

Suara mungilku saat itu mampu meredam semua suara yang ada disekitar. Semua mata tertuju pada Fatma kecil. Tak ada 1 orangpun yang bicara. Hening.

“…..Menjaga Bung Kalno, Menjaga Bung Hatta, Menjaga Bung Syahlil…” beberapa tersenyum geli mendengar nama Bung Karno menjadi “Bung Kalno” dan Bung Syahrir menjadi “Syahlil”, maklum aku masih belum fasih mengucap “R” diusia 5 tahun.

Setelah selesai, ibu dan ayahku yang berdiri di paling belakang kerumunan penonton terlihat bangga sekaligus geli. Dan ku lihat ibu menangis dalam senyum dan tepuk tangannya.

Kini dimataku ibu bukan lagi seorang perempuan, dia wanita. Wanita besar.




*terimakasih telah mengenalkanku dengan Puisi, ibu.
12 July 2012
-esage-

Rabu, 18 Juli 2012

Designer


Hari ini, menjadi hari yang ditunggu-tunggu sejak 5 tahun lalu. hari dimana aku mengenakan gaun yang dirancang spesial oleh ibuku sendiri. Ibu memang seorang penjahit terbaik yang pernah ku kenal.
Selama 30 tahun, hanya beberapa kali saja ayah dan ibu membelikan baju. Selebihnya?  Dari tangan ibu lah aku mendapat semua jalinan benang penutup aurat ini.

“Gaun Istimewa Dihari Istimewa, Dari Kasih Teristimewa”

Kurang lebih sebulan lamanya gaun ini dibuat. Penuh ketelitian, penuh detail, penuh kesungguhan…penuh harapan. Dengan semangat, ibu menggunting sehelai kain satin dan kain-kain lainnya, membaginya menjadi beberapa bagian. Setiap senti dan millimeter dihitungnya sesuai bentuk tubuhku. Satu persatu potongan mulai digabungnya,hingga membentuk sebuah gaun. Payet-payet mulai tersusun satu demi satu, berkilauan dibawah lampu tengah malam. Ternyata ibu pun menaburkan batuan Kristal diantaranya.

Yang ku tahu, itu pakaian termahal yang pernah ibu buat selama hidupnya. Ya, karena ibu hanya seorang penjahit biasa. Bukan desainer ternama, bukan.

Kini yang tampak bukan hanya sehelai kain satin berwarna putih, tapi gaun pernikahan bertabur Kristal.

Hhhmm….. Bu, hari ini aku menikah, seperti keinginanmu; dengan pria terbaik, juga gaun terbaik buatan mu. Sebelum aku sah sebagai seorang istri, aku ingin meminta maaf pada mu. Maaf selama ini aku terlalu mementingkan karier dan cita-citaku sebagai desainer dunia, hingga aku tak sempat menghiraukan sebuah impian seorang penjahit terbaik yang senantiasa membantu semua perwujudan cita-cita itu. Impian seorang ibu untuk melihat anak gadisnya menikah diusia 25 tahun.

5 tahun harapan itu berlalu begitu saja...

Hari ini, harusnya ibu ada disampingku. Seperti desainer dan modelnya yang bangga mempersembahkan karyanya didepan publik. Tapi, kejadian itu semakin membuat penyesalanku menggunung.
1 minggu setelah ibu menyelesaikan gaun ini, ibu pergi, selamanya... Tepat 1 hari setelah ulang tahunku yang ke 25.

5 tahun setelah itu, hingga detik ini, tak ada 1 pun rancangan yang ku buat. Aku menyesal. Niat ku untuk mewujudkan mimpimu yang terdahulu, ternyata melenyapkan impian mu yang teramat besar.

Menjadi desainer kelas dunia, itu impianmu yang tak terwujud. Tak ku sangka kau lebih menginginkan melihatku menggenakan gaun rancanganmu dihari pernikahanku.

Hanya gaun ini yang akan kupakai. Tak ada yang lain, bu…


Bandung, 17 July 2012
-esage-

Senin, 16 Juli 2012

dilema


Kesediaanku menyunting fajarmu
Bukan semata karena kekuasaanku
Aura dewi-mu sungguh
Membuat ksatria ini angkuh
Dinda, sudikah kau menjadi algojoku?

Bandung, 16 July 2012
-esage-

Kamis, 12 Juli 2012

Sepenggal Sepeninggal

...dan Fatma pun menghampiri si Ayah,,berdiri disampingnya. dengan tegas ia berkata, "ayah,,benarkah dimata mu bahwa aku telah dewasa?"
si ayah, sambil meletakkan cangkir yg baru saja ia teguk isinya, "rasanya tak perlu lagi ayah menjawab itu, Fat. Kau tahu dari mata ku. Kau bisa menilainya".
Fatma melangkah menuju kursi rotan klasik, tepat didepan lelaki tua itu. "kalau begitu, bolehkah Fat meminta sesuatu?"
"aku sudah tua, Fat. Boleh saja kau meminta, tapi romo mu ini tak bisa menuruti semua pinta mu seperti dulu." dengan sedikit menerawang, disertai raut senyum khasnya..."kau merengek meminta ku menggendongmu,merayu agar aku membawakan oleh-oleh sepulangnya aku dari kota, berupa sekantong penuh gula-gula... Fatma,,Fatma..manjanya anakku ini. Apa yg kau minta kini, nak?"
Fatma, tersenyum kecil..lantas berkata,
"biarkan Fat memilih, yah"
sedikit mengerutkan kening, "memilih? Apa maksudmu, Fat?"
"iya ayah, biarkan aku memilih." sedikit menghela nafas,,Fatma mempertegas suaranya, "Fat akan memilih lelaki itu untuk menjadi ayah dari anak-anakku kelak. sebenarnya dia ingin bertemu ayah,,tapi belum Fat perbolehkan. Fat ingin tau dulu, apa ayah telah siap melepas Fat?"
"jangan bergurau, Fat"
"tidak, yah. Fat telah memikirkannya matang-matang."
"bukan itu maksudku, Fat. Fatma Aryani, anak sematawayang ku, ayah sangat tak sudi kehilanganmu, tapi untuk yang satu itu, mau tak mau aku harus melepasmu, nduk. Usiamu pun sudah cukup untuk meninggalkan rumah ini dan ikut bersama suamimu.. kelak kau pun akan menjadi orang tua, sama seperti ayah dan ibu. ayah percaya padamu, Fat. hmmm...lalu kapan kau perbolehkan lelaki itu untuk bertemu ayah?"
"entahlah..."
"ada apa lagi, Fat? Kenapa? Kau ragu? Tadi ayah menangkap keyakinan yg cukup kuat. Ada apa?"
Fat memberi senyuman khas gadis jawa,,"tidak apa-apa, ayah. Fat hanya butuh waktu."
"hmmm...kau benar, Fat. Sudah saatnya romo mu yg hampir pikun ini menggendong cucu. yaa,,ndak mungkin toh ayahmu ini menggendongmu??"
si ayah tertawa,,namun Fat, hanya tersenyum malu.
"terimakasih, ayah."
si ayah hanya membalas dengan senyuman.

Agustus 2010
by.~kilang~


*cerpen ini pernah di posting di blog Semoet Kecil ( hanya-kata-ungkapan-ku.blogspot.com )
dengan judul yang sama, dan tanpa perubahan sedikitpun pada cerita.  KILANG is Kaki Langit adalah nama pena saya sebelum *ESAGE

Rabu, 11 Juli 2012

Di Surga Saja


Bunda bilang aku tak akan pernah mampu untuk berjalan. begitupun kata ayah.
Tapi mereka menyayangiku, sungguh. dan aku percaya itu.
Tapi...ternyata tanpa sepengetahuanku, bunda bicara pada ayah bahwa aku tak akan bisa bicara.
Aku tak sengaja mendengar pembicaraan itu. maaf ayah, bunda, tapi aku ingin berjalan dan sangat ingin bicara, sungguh.
Betapa terkejutnya aku mendengar seseorang berkata pada ibuku bahwa aku...aku buta. tapi aku bisa melihatmu, bunda.
Bagaimanapun keadaanku, aku tahu mereka sangat menyayangiku. melebihi cinta ayah pada bunda, melebihi cinta bunda pada ayah.
Cinta. apa yang bisa kulakukan jika aku tak bisa berjalan, tak bisa bicara, tak bisa melihat. sudah pasti mereka membenciku.
Bunda menghampiriku malam ini, dalam lelapku. membisikkan kasih kedalam mimpiku. "bunda sayang kamu, nak" kecupan dikening, ahhh…
Ayah menenangkan bunda dalam tangisnya. juga belaian dikepalaku. "kalian tak membenciku? dengan keadaanku nanti?"
Ku mohon, jangan menangis. aku baik-baik saja, bunda. aku bahagia bisa bersama ayah dan bunda walau dengan keadaan seperti itu.
Tapi, aku lebih bahagia jika aku tak melihat bunda menangis karena keadaan ku
Ku mohon, Tuhan, jangan turunkan aku ke bumi. biarkan aku disini saja agar mereka tak pernah melihat ketidaksempurnaanku.




11 July 2012
-esage-