Senin, 27 Agustus 2012

da Jaduleir

Nambah-Nambah koleksi
(@_@)

and I missed 140 Caracters

aku kehilangan, kehilangan hilang yang hilang saat hilang menghilang. bisakah aku menghilang dikala hilang tak lagi hilang? lalu hilang lagi

Minggu, 26 Agustus 2012

(sinopsis) Short Movie (belum ada judul)


Semakin hari Lastri semakin dekat dengan lelaki itu. Setiap berangkat sekolah, lelaki itu pasti sudah menunggu di depan gang rumah Lastri. Dengan langkah senang Lastri pun menuju mobil yang terparkir tepat di depan gang itu. Menyambut senyum sang lelaki itu dengan senyum khas gadis 16 tahun. Pulang sekolah pun demikian, mobil itu selalu mengantar Lastri kembali ke rumah.
Sebulan terakhir ini, setiap akhir pekan, Lastri tak pernah ada di rumah. Lelaki itu selalu mengajaknya keluar; jalan-jalan, berbelanja pakaian, buku, dll. Orang tua Lastri mulai curiga dengan belanjaan Lastri yang kerap dibawanya pulang. Pakaian baru, jam tangan baru, buku-buku baru, dan banyak lagi. Dari mana semua itu? Orang tua Lastri tak pernah memberi uang lebih untuk membeli barang-barang sebanyak itu. Apalagi untuk membeli barang-barang bermerk seperti itu. Orang tua Lastri bukan orang berada. Ayahnya hanya seorang guru SD.
Suatu hari ayah Lastri yang sudah menaruh curiga pada anaknya itu tak sengaja memergoki Lastri yang baru saja turun dari mobil sepulang sekolah. Ayah Lastri yang saat itu baru saja pulang dari sekolah tempat ia bekerja melihat wajah lelaki dalam mobil itu dari kaca mobil yang terbuka saat Lastri melambaikan salam perpisahan pada lelaki itu.

Sabtu, 25 Agustus 2012

#Starnivora

.........seperti Singa memakan Kelinci.........
.........seperti kelinci memakan wortel.........
.........seperti kelinci dan wortel dimakan manusia.........
boleh aku memakan biji putih kecil yang menggantung di atas sana?
wow, bersinar!!
sayapku....ah, lupakan sayap!!
pakai otak saja!
kita berpikir, melayang, merenggut,
dan...
makan.
nyam nyam...!!



-Starnivora-




Bandung, 25 Agustus 2012
-esage-

Selasa, 21 Agustus 2012

#Siluet

Mimpikah ku?
Melihat mata mu tengah menusuk mataku, dalam...
Menjadi siluet di balik murka senja
ah,,,senja...merahmu amarah. atau tersipu? aku tertipu!

Mimpikah ku?



Bandung, 21th August 2012
-esage-

10th

bicaralah pada pendeta di Kuil Barat
tak lantas aku menatap padamu dan berkata "Ya"

dan aku percaya pada tungku yang terus membakar tembikar
membuatnya kuat ditengah panas yang membakar dirinya


August, 21th 2012, Bandung
-esage-

Kamis, 16 Agustus 2012

MAINSTREAM

AKU

                KAU

                                IBU MU

                    WANITA PILIHAN IBU MU

Akh klise…



pada NAM BELAS AGOESTOES
Bandung, 2012

Nam Belas Agoestoes

pada Nam Belas Agoestoes aku malu

pada Nam Belas Agoestoes aku berdiri
pada Nam Belas Agoestoes aku berlari

pada Nam Belas Agoestoes aku menjadi pribadi
pada Nam Belas Agoestoes aku menjadi arti
pada Nam Belas Agoestoes aku menjadi diri

pada Nam Belas Agoestoes aku berkata
pada Nam Belas Agoestoes aku mencerca
pada Nam Belas Agoestoes aku menghina
pada Nam Belas Agoestoes aku murka

pada Nam Belas Agoestoes aku suka
pada Nam Belas Agoestoes aku tawa
pada Nam Belas Agoestoes aku terlena
pada Nam Belas Agoestoes aku berbunga
pada Nam Belas Agoestoes aku bercinta

pada Nam Belas Agoestoes aku duka
pada Nam Belas Agoestoes aku lara
pada Nam Belas Agoestoes aku kecewa
pada Nam Belas Agoestoes aku sengsara
pada Nam Belas Agoestoes aku terhina
pada Nam Belas Agoestoes aku ...........



tamat




Bandoeng, pada NAM BELAS AGOESTOES
2012

Nam Belas Agoestoes

aku bicara pada Tuhan-ku sendiri; berbisik dengan sedikit amarah.

"benar, tepat 21 tahun lalu aku menangis untuk pertama kalinya, disambut bahagia Ibu, Mbah Putri, dan Mbah Kakung, juga ayah. mereka bahagia di atas tangisanku. tangisan makhluk kecil yang tak tahu apa-apa. kenapa mereka bahagia melihatku menangis, Tuhan? konon, jika aku tak menangis, mereka akan bersedih. kenapa?
setiap Nam Belas Agoestoes menjemput satu persatu nyawaku, kau memberi bahagia. mengganti tangisan yang pertama ku lakukan itu. kecupan sayang Ibu dan kedua Eyangku, juga ayah. ku temukan beberapa kado berserakan di atas tempat tidur saat ku buka mata pada Nam Belas Agoestoes. hangat.

Tapi,

"Hari ini kurasa begitu sadis. Kau jahat, Tuhan!! Kado macam apa ini?? Kau ingin aku menangis lagi, dan orang-orang bahagia, begitu? atau Kau tak tahu atau mungkin tak mau tahu hari apa ini, hingga Kau seenaknya saja menuliskan cerita agar yang lain terhibur, begitu? kenapa tepat saat Nam Belas Agoestoes datang menjemput satu lagi bagian nyawaku Kau malah memberi serbuk pedas tepat di mataku? tak bisa kah Kau menundanya hingga esok? kenapa harus hari ini? Kau jahat, Tuhan! Kau bukan lagi temanku."

"tidak, Tuhan hanya ingin memberimu sedikit ilmu. kau akan naik tingkat. sanggupkah kau lulus dengan skor yang indah? Tuhan tahu kau sedang dalam perjalanan menuju impian mu. Tuhan tahu apa yang menjadi tujuanmu. Tuhan tahu apa yang kau butuhkan. jangan berburuk sangka, Tuhan tahu jelas apa yang kau inginkan. Tanpa pelukan Eyang Putri pun kau masih bisa mengejar impian, bukan? Tanpa kecupan Eyang Kakung pun kau masih bisa berjalan, bukan?"

Nam Belas Agoestoes datang lagi, waktu ku tak banyak lagi.








"Nam Belas Agoestoes"
Bandoeng, 2012

Senin, 13 Agustus 2012

Pippow Pillow

kau adalah teman
kau sahabat
kau kekasih
kau suami
kau anak
kau yang terkasih
kau Pippow Pillow

menjadi sandaran, menjadi tempat berteduh, berkeluh kesah, bahagia, bangga...
saat ceria, berbunga, menderita, kesal, gemas, ingin mencubit, ingin memeluk, ingin memukul, ingin mencium...
saat sendiri, malam, hujan, dan aku kelaparan, kau juga yang menghangatkan perutku, menyembunyikan bebunyian didalamnya, menekan hingga bunyinya lenyap terbawa mimpi.
dan ku cintai kau...
Pippow Pillow



......dan kau tak akan tergantikan oleh siapapun, bahkan suamiku kelak.




*maaf tak membawamu pulang, Pippow Pillow...
23:50 Subang, 12 Agustus 2012

Sabtu, 11 Agustus 2012

Jamuan Rahasia


“Bagaimana jika ku (masih) mencintai orang yang telah mempertemukan aku dengan suamiku, Juga suami ku yang (masih) memikirkan gadis yang dulu dicintainya?”
Hari ini adalah tepat tahun ke tiga pernikahan kami; aku dan suami ku. 3 tahun berlalu tanpa tangisan seorang buah hati. Bukan karena salah satu dari kami yang ‘lemah’. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan dan mimpi masing-masing.
Dirga, suamiku, sudah tak ada di rumah sejak fajar hingga nyaris tengah malam, nyaris setiap hari. Sedangkan aku, aku sibuk mengejar impian ku sebagai seorang penulis. Dan, ya, sekarang aku seorang penulis. Penulis yang selalu dikejar deadline. Bukan kesibukan yang membuat kami bertahan tanpa buah hati, bukan juga karena ‘siapa yang mandul’. Kami memang tak berusaha.
Tepat 3 tahun yang lalu kami menggelar pernikahan cukup mewah di sebuah hotel berbintang di kota ini. Pernikahan yang didasari cinta kasih sudah sepantasnya mendapat perlakuan istimewa. Pernikahan yang (seharusnya) hanya (boleh) sekali seumur hidup, tentu saja membuat kami ingin melakukannya dengan sangat baik dan sempurna. Dia mencintaiku sepenuh hati, begitupun aku. Menjalin hubungan pacaran seperti yang lain? Kami melewatinya dengan sangat bahagia, suka dan duka kami bagi bersama. 1 tahun saja, cukup untuk kami saling mengenal luar dalam. Dia melamarku, dan tanggal 1 Januari 3 tahun lalu kami menikah.
Kalian pikir apa yang kami lakukan saat malam pertama? Kami hanya membaca sebuah bacaan di depan kami. Dia, suami (baru) ku, asik melihat-lihat agendanya, laporan pekerjaannya, dll. Aku? Aku asik di depan laptop, menyelesaikan hutang tulisan ku kepada penerbit yang masih menggunung-gunung. Tak pernah ada ‘malam pertama’ dalam kehidupan rumah tangga kami. Tak ada malam ke dua, ke tiga, keseratus, keseribu, tidak! Tidak ada! Kalian pikir kami akan memiliki anak dari kebiasaan seperti itu? Kalian pikir aku pecinta sesame jenis hingga aku tak mau melakukannya dengan suamiku sendiri? Tidak, aku mencintai suamiku lebih dari hidupku, begitupun suamiku terhadapku. Sekali lagi, kami saling mencintai.
Hari ini, pada hari ulang tahun pernikahan kami yang ke tiga, aku menyiapkan makan malam spesial untuk Dirga. Dia pun berjanji akan pulang cepat, sebelum senja berpulang. Dan benar, tepat pukul 18.12 mobilnya sudah terparkir rapi di garasi. Ku tengok, seorag lelaki jangkung kekar keluar dari dalamnya dengan wajah berbinar melihat sambutan hangat dari senyumku di daun pintu.
“assalamualaiakum…” ku raih tangannya, dan ku cium punggung tangannya
“wa’alaikumsalam…” jawabku plus senyum terindahku
“kali ini aku tepat janji kan, sayang?” tangannya melingkar di pinggangku juga sebuah kecupan dikening
“iya mas, coba kalau setiap hari…” dan dia tersenyum, kami pun berlalu masuk ke dalam rumah.
Aku menyiapkan makan malam selagi Dirga mandi. Di meja makan bulat ini tersimpan rapi semua makanan kesukaan suamiku. Makanan rumahan yang sudah lama tak pernah ku masak. Ya, karena kami tak pernah makan di rumah. Sebuah lilin cantik juga menambah indah malam ini. Dirga mematikan lampu disekitar meja makan, hanya lilin dan cinta kami yang menerangi malam ini. selesai menyantap semua yang ada di atas meja, Aku memulai pembicaraan yang lebih serius.
“sampai kapan kita akan seperti ini, mas?” tanyaku tenang dengan suara rendah, sengaja ku buat semerdu mungkin agar Dirga tak terkejut dengan pertanyaan itu.
            Dirga terdiam, cukup lama. Mungkin karena aku tak sabar menanti jawabannya, 10 detik pun terasa 1 jam. Akhirnya ia menarik nafas panjang, menahannya, dan terbuang; seperti cinta.
“baiknya kau tanya hatimu juga, Fat” jawabnya dengan mata kosong menatap lilin yang tinggal setengah.
“aku lelah, mas. 1 tahun aku berusaha mencintaimu lebih dan lebih. Hingga kita menikah, dan aku memang mencintaimu. 3 tahun setelahnya, hingga detik ini aku berada tepat didepan matamu yang mulai nanar, aku lelah. Lelah membohongi hatiku, cintaku pada Badai terlalu besar, melebihi cintaku padamu, mas. Aku tahu, cintamu pada Sekar pun tak akan bisa tergantikan oleh hadirku dihari tuamu kelak. Sekar yang selama ini ada dalam mimpi mu, mas. Cintamu padaku tak pernah sebesar cintamu pada cinta pertamamu itu, mas.” Emosiku mulai tak terkendali, nafasku beradu dengan kata, tanganku gemetar.
“………………” Dirga hanya terdiam
“kenapa diam saja? Lakukan sesuatu! Kembalilah pada Sekarmu!!”
“lalu apa? Kau akan kembali pada Badai?? Badai sudah menjadi suami orang, Fat. Dan aku tak mungkin kembali pada Sekar” ku rasa perang segera dimulai…
“tentu saja aku tak akan kembali padanya. Aku tak seburuk itu, mengharapkan suami orang. Hah!! Aku hanya ingin membunuh diriku sendiri dengan kesendirian, dan tanpa beban sebuah kesalahan dan dosa terhadap suamiku.”
“tidak, Fat. Aku tak akan kembali pada Sekar!!”
“kau tak akan kembali padanya, tapi kau tak pernah memberiku cinta dari hatimu, dan hanya Sekar, Sekar, Sekar yang ada dalam hati dan otak mu, mas. Hah!!” aku mulai beranjak dari meja makan, Dirga pun mengikuti ku
“FATMA!! Berhenti!! Baiklah, lakukan apa saja yang kau inginkan!”
“ceraikan aku, dan kembalilah pada Sekarmu!!” suaraku merendah, dan berlalu


-esage-
11 agustus 2012

Kamis, 09 Agustus 2012

ied-ide-die

"apa suatu saat nanti kita akan mudik ke tempat yang sama?? atau kita malah mudik bersama??"

Tak ada salahnya kan aku bertanya demikian? Ini Ramadhan terindah bagiku, bersamanya--Ramadhan--aku berada dalam cinta yang menaungi puasaku, ibadahku. kelak, saat waktunya tiba, tulisan ini yang akan mengingatkanku akan kecintaan ku akan kau, diriku, dia, dan dia. 4 hal yang acak abstrak, tapi begitu nyata di mataNya.



-esage-
August, 9th 2012