Malam
minggu dan hujan dan segelas kopi dan sebuah kesepian
Oh
bukan, kesunyian. atau…kehampaan
Sebatang
rokok putih melambai-lambai dari atas meja
Merayu
untuk ku cium dan ku hisap tubuhnya
Jalang!
Seperti
malam-malam lain
Terasing
diantara kunang-kunang yang tengah berpesta
Ku
tuang setetes cat pada kanvas di depanku;
Dan
setetes lagi pada segelas kopi di meja
Pink, agar lebih menarik dan lucu
Dan
si putih yang langsing masih menggoda mata
Jalang!
Menatap
sebuah titik di kanvas
Ini
sebuah lukisan termahal yang pernah ku buat;
Karena
disitu ada aku
Tanpa
titik tanpa garis tanpa kau
Judulnya
“Bisu”
Karena
aku tak mungkin bicara jika tak ada kau
Aku
cinta malam ini
Memandangi
karyaku sepanjang malam,
menonton
tirai hujan juga lampu taman
Menghirup
asap kopi, walau lambungku mulai membenci
“Ma,
jauhkan benda itu dari ku” katanya
Dan
si jalang yang ku selipkan di telinga kiri:
Agar
ia tak menggoda mataku lagi
Sesungguhnya,
kasih
Ada kata
yang mulai tak bisa lagi ku ucapkan
Lalu
ku pinta mereka untuk bicara;
Kopi
dan hujan dan malam dan lukisan
Tapi
aku tak juga mencapai puncak rasaku
Dan
hatiku masih pegal
Geli!
Dan
si Jalang mulai berbisik ditelinga kiri
“hisap
aku” katanya
Gatal!
Andai
kau dan aku bicara
Diantara
kopi dan hujan dan malam dan lukisan
Pasti
kau sudah ku tikam dan aku terikat di pohon randu
Tak
akan ada kopi dalam gelas
Tak
ada lukisan di kanvas
Oh,
mungkin akan ada lukisan disekujur tubuhku
Yang
kau buat dari api si Jalang
Bajingan!
Tentang
rindu…
Aku
hanya perlu menatap matamu
Merasakan
kulitmu; menyentuh pori-pori wajahmu
Mendengar
detak jantungmu
Meresapi
nafasmu
Dan
kita telah bicara
Dan
aku menyerah
Kau
pun tak datang
Hampa
ini ku sempurnakan saja
Dengan
menghabiskan sisa hujan
Bersama
si Jalang
Selesai!
20
April 2013
esage
Tidak ada komentar:
Posting Komentar