Sabtu, 20 April 2013

Malam Malang, Kopi Jalang


Malam minggu dan hujan dan segelas kopi dan sebuah kesepian
Oh bukan, kesunyian. atau…kehampaan
Sebatang rokok putih melambai-lambai dari atas meja
Merayu untuk ku cium dan ku hisap tubuhnya
Jalang!


Seperti malam-malam lain
Terasing diantara kunang-kunang yang tengah berpesta
Ku tuang setetes cat pada kanvas di depanku;
Dan setetes lagi pada segelas kopi di meja
Pink, agar lebih menarik dan lucu
Dan si putih yang langsing masih menggoda mata
Jalang!

Menatap sebuah titik di kanvas
Ini sebuah lukisan termahal yang pernah ku buat;
Karena disitu ada aku
Tanpa titik tanpa garis tanpa kau
Judulnya “Bisu”
Karena aku tak mungkin bicara jika tak ada kau

Aku cinta malam ini
Memandangi karyaku sepanjang malam,
menonton tirai hujan juga lampu taman
Menghirup asap kopi, walau lambungku mulai membenci
“Ma, jauhkan benda itu dari ku” katanya
Dan si jalang yang ku selipkan di telinga kiri:
Agar ia tak menggoda mataku lagi

Sesungguhnya, kasih
Ada kata yang mulai tak bisa lagi ku ucapkan
Lalu ku pinta mereka untuk bicara;
Kopi dan hujan dan malam dan lukisan
Tapi aku tak juga mencapai puncak rasaku
Dan hatiku  masih pegal
Geli!
Dan si Jalang mulai berbisik ditelinga kiri
“hisap aku” katanya
Gatal!

Andai kau dan aku bicara
Diantara kopi dan hujan dan malam dan lukisan
Pasti kau sudah ku tikam dan aku terikat di pohon randu
Tak akan ada kopi dalam gelas
Tak ada lukisan di kanvas
Oh, mungkin akan ada lukisan disekujur tubuhku
Yang kau buat dari api si Jalang
Bajingan!

Tentang rindu…
Aku hanya perlu  menatap matamu
Merasakan kulitmu; menyentuh pori-pori wajahmu
Mendengar detak jantungmu                       
Meresapi nafasmu
Dan kita telah bicara

Dan aku menyerah
Kau pun  tak datang
Hampa ini ku sempurnakan saja
Dengan menghabiskan sisa hujan
Bersama si Jalang
Selesai!




20 April 2013
esage

Tidak ada komentar:

Posting Komentar