Ini bukan
surat cinta, kekasih…
Hanya
kegelisahan yang merangkul rindu, menjadikannya pilu
Surat
terakhir yang ku layangkan seminggu lalu mungkin baru saja mendarat di telapak
tanganmu yang halus
Mungkin
jemari lancipmu pun baru saja membukanya
Tapi gelisah
ini, kekasih, masih tak terobati walau potretmu pun terus ku pandangi.
Aku selalu
ingat bagaimana raut mukamu berubah saat tetiba ku katakan “aku suka gingsulmu!”
ditengah gelak tawa itu
Cemberutmu
itu, cemberut manja, kekasih…
Dan kau
akan kembali tersenyum saat ku belai rambut ikalmu
Lalu kau
semakin memanja seperti anak kucing minta makan minta dibelai
Ini bukan
puisi cinta, kekasih…
Hanya
kegusaran yang menggenggam asa, menjadikannya hampa
Hampa
tanpa tubuh semampai dengan rambut panjang hitam yang mengombak disampingku
Bagaimana
bisa aku berpuisi indah?
Bahkan
untuk menyatakan perasaanku saja aku harus menulis ribuan kata yang
berbelit-belit
Membuatmu
kembali bertanya, dan akhirnya aku hanya bisa mengatakan 3 kata saja
Dan kau
menertawaiku, geli.
Aku tak
peduli
Tapi sungguh,
kekasih, tak ada keraguan lagi,
Aku ingin
kau!
Maaf
jika aku lancang menginginkanmu tanpa meminta ijin orangtuamu
Biarlah
aku yang berjanji pada diriku sendiri untuk itu
Kau tak
perlu khawatir
Jaga saja
dirimu juga hatimu
Aku ingin
kau siap saat waktunya tiba nanti
Ini bukan
sumpah cinta, kekasih…
Senja
mulai memudarkan keanggunannya, menjadikannya tenang dalam kelam malam
Bintang-bintang
mulai melek
Dan hati
ini semakin gusar, berteriak memanggil namamu dalam hening
Meletup-letup
seperti kembang api di pesta ulang tahun ke-17 mu yang meriah dulu
Tak ada
lagi kunang-kunang diantara milyaran bintang dalam pandanganku pada langit malam
ini, kekasih
Seperti
mu yang sulit ku temukan lagi di depan mataku
Tapi aku
tahu kata-kataku ini akan kau balas
Lewat
keanggunan gerak jemarimu dalam memainkan dawai cinta,
Maksudku,
kau sangat pintar menyentuh hatiku yang kaku lewat tulisan cantikmu
Sekali
lagi, aku tak akan berjanji padamu, pada siapapun, termasuk Tuhanku
Hanya
pada diriku saja
Aku yang
akan menjemputmu jika kau merasa cukup dengan impianmu
Kau pernah
berjanji seperti itu, akan kembali saat kau berhasil mengejarnya
Padahal
aku tak pernah memintamu untuk berjanji, Kekasih
Aku hanya
ingin kau beranji pada dirimu saja
Sepertiku…
Kurasa
ini bukan dongeng sebelum tidur, Kekasih…
Tapi rupanya
kau sudah tertidur pulas di atas meja kerjamu
Sampai
lupa melepas kacamata bacamu
Sayang
aku tak berada di dekatmu,
Biar ku
lepas kacamata yang menghalangi mata indahmu
Sungguh,
tak ada kepalsuan pada mata itu, Kekasih
Mata yang
pernah sejenak menahanku di stasiun untuk tak beranjak pergi meninggalkanmu
Juga mata
yang pernah memohonku untuk menahan kepergianmu
Hanya
kau yang mampu membuat patung sepertiku semakin membatu, kekasih!
Beku!
Tapi aku pun meleleh oleh manjamu
Ah, membeku
dan meleleh disaat bersamaan, hanya karena kau saja, Kekasih!
Cuma
kamu!
Selamat
tidur, kunang-kunang kecilku…
Kecup
termanisku untuk mimpi terindahmu
Selamat
malam, Kekasih
-esage-
Sbg, 8
June 2014
*terimakasih Sujiwo Tejo atas lagu Ingsun-nya. utang budi nih hehe
Kok mbaknya nggak nulis lagi yak..
BalasHapus