Minggu, 08 Juni 2014

Kepada Kunang-Kunang

Ini bukan surat cinta, kekasih…
Hanya kegelisahan yang merangkul rindu, menjadikannya pilu
Surat terakhir yang ku layangkan seminggu lalu mungkin baru saja mendarat di telapak tanganmu yang halus
Mungkin jemari lancipmu pun baru saja membukanya
Tapi gelisah ini, kekasih, masih tak terobati walau potretmu pun terus ku pandangi.
Gingsulmu yang manis disenyum itu semakin mengiris hati
Aku selalu ingat bagaimana raut mukamu berubah saat tetiba ku katakan “aku suka gingsulmu!” ditengah gelak tawa itu
Cemberutmu itu, cemberut manja, kekasih…
Dan kau akan kembali tersenyum saat ku belai rambut ikalmu
Lalu kau semakin memanja seperti anak kucing minta makan minta dibelai

Ini bukan puisi cinta, kekasih…
Hanya kegusaran yang menggenggam asa, menjadikannya hampa
Hampa tanpa tubuh semampai dengan rambut panjang hitam yang mengombak disampingku
Bagaimana bisa aku berpuisi indah?
Bahkan untuk menyatakan perasaanku saja aku harus menulis ribuan kata yang berbelit-belit
Membuatmu kembali bertanya, dan akhirnya aku hanya bisa mengatakan 3 kata saja
Dan kau menertawaiku, geli.
Aku tak peduli
Tapi sungguh, kekasih, tak ada keraguan lagi,
Aku ingin kau!
Maaf jika aku lancang menginginkanmu tanpa meminta ijin orangtuamu
Biarlah aku yang berjanji pada diriku sendiri untuk itu
Kau tak perlu khawatir
Jaga saja dirimu juga hatimu
Aku ingin kau siap saat waktunya tiba nanti

Ini bukan sumpah cinta, kekasih…
Senja mulai memudarkan keanggunannya, menjadikannya tenang dalam kelam malam
Bintang-bintang mulai melek
Dan hati ini semakin gusar, berteriak memanggil namamu dalam hening
Meletup-letup seperti kembang api di pesta ulang tahun ke-17 mu yang meriah dulu
Tak ada lagi kunang-kunang diantara milyaran bintang dalam pandanganku pada langit malam ini, kekasih
Seperti mu yang sulit ku temukan lagi di depan mataku
Tapi aku tahu kata-kataku ini akan kau balas
Lewat keanggunan gerak jemarimu dalam memainkan dawai cinta,
Maksudku, kau sangat pintar menyentuh hatiku yang  kaku lewat tulisan cantikmu
Sekali lagi, aku tak akan berjanji padamu, pada siapapun, termasuk Tuhanku
Hanya pada diriku saja
Aku yang akan menjemputmu jika kau merasa cukup dengan impianmu
Kau pernah berjanji seperti itu, akan kembali saat kau berhasil mengejarnya
Padahal aku tak pernah memintamu untuk berjanji, Kekasih
Aku hanya ingin kau beranji pada dirimu saja
Sepertiku…

Kurasa ini bukan dongeng sebelum tidur, Kekasih…
Tapi rupanya kau sudah tertidur pulas di atas meja kerjamu
Sampai lupa melepas kacamata bacamu
Sayang aku tak berada di dekatmu,
Biar ku lepas kacamata yang menghalangi mata indahmu
Sungguh, tak ada kepalsuan pada mata itu, Kekasih
Mata yang pernah sejenak menahanku di stasiun untuk tak beranjak pergi meninggalkanmu
Juga mata yang pernah memohonku untuk menahan kepergianmu
Hanya kau yang mampu membuat patung sepertiku semakin membatu, kekasih!
Beku! Tapi aku pun meleleh oleh manjamu
Ah, membeku dan meleleh disaat bersamaan, hanya karena kau saja, Kekasih!
Cuma kamu!

Selamat tidur, kunang-kunang kecilku…
Kecup termanisku untuk mimpi terindahmu
Selamat malam, Kekasih






-esage-

Sbg, 8 June 2014


*terimakasih Sujiwo Tejo atas lagu Ingsun-nya. utang budi nih hehe

1 komentar: