Minggu, 26 Agustus 2012

(sinopsis) Short Movie (belum ada judul)


Semakin hari Lastri semakin dekat dengan lelaki itu. Setiap berangkat sekolah, lelaki itu pasti sudah menunggu di depan gang rumah Lastri. Dengan langkah senang Lastri pun menuju mobil yang terparkir tepat di depan gang itu. Menyambut senyum sang lelaki itu dengan senyum khas gadis 16 tahun. Pulang sekolah pun demikian, mobil itu selalu mengantar Lastri kembali ke rumah.
Sebulan terakhir ini, setiap akhir pekan, Lastri tak pernah ada di rumah. Lelaki itu selalu mengajaknya keluar; jalan-jalan, berbelanja pakaian, buku, dll. Orang tua Lastri mulai curiga dengan belanjaan Lastri yang kerap dibawanya pulang. Pakaian baru, jam tangan baru, buku-buku baru, dan banyak lagi. Dari mana semua itu? Orang tua Lastri tak pernah memberi uang lebih untuk membeli barang-barang sebanyak itu. Apalagi untuk membeli barang-barang bermerk seperti itu. Orang tua Lastri bukan orang berada. Ayahnya hanya seorang guru SD.
Suatu hari ayah Lastri yang sudah menaruh curiga pada anaknya itu tak sengaja memergoki Lastri yang baru saja turun dari mobil sepulang sekolah. Ayah Lastri yang saat itu baru saja pulang dari sekolah tempat ia bekerja melihat wajah lelaki dalam mobil itu dari kaca mobil yang terbuka saat Lastri melambaikan salam perpisahan pada lelaki itu.
Setiba ayahnya di rumah, Lastri yang lebih dulu sampai langsung diserang pertanyaan bertubi-tubi dari sang ayah. Sang ayah memperingatkan Lastri agar tak menemui lelaki itu lagi. Sedangkan sang ibu hanya terdiam di atas kusi roda melihat anaknya yang manis itu meneteskan air mata dan berlari ke kamarnya.
Ternyata Lastri tak sedikitpun menghiraukan peringatan ayahnya. Keesokan harinya Lastri tetap diantar-jemput oleh lelaki seumuran ayahnya itu. Bahkan Sabtu ini Lastri tak pulang ke rumahnya. Lastri menghilang sehabis pulang sekolah. Orang tua Lastri mulai panik karena ponsel Lastri pun tidak bisa dihubungi. Ayahnya mulai meghubungi teman-teman sekolah Lastri, dan mendatangi rumah Sekar, sahabat Lastri. Tapi tak satupun teman Lastri yang tau kemana dan dengan siapa Lastri pergi. Ayahnya yakin Lastri pergi bersama lelaki yang akhir-akhir ini sering antar-jemput Lastri. Tapi kemana? Ibu Lastri hanya bisa meyakinkan suaminya bahwa Lastri akan baik-baik saja. Tapi ayahnya tetap tak bisa tenang sebelum anak gadisnya kembali ke rumah.
Akhirnya Lastri pulang senin sore, diantarkan mobil yang sudah tak asing lagi dimata sang ayah. Dan lagi-lagi sang ayah memergokinya. Setibanya dirumah Lastri langsung mendapat tamparan dari ayahnya. PLAKK!!!
“kenapa sih? Kenapa aku gak boleh  ketemu ayah kandung ku sendiri, hah? Kenapa? kamu Cuma ayah tiri aku!! Kamu gak berhak ngelarang aku buat ketemu ayah aku!!!” (sambil memegang bekas tamparan ayahnya, ayah tirinya)
“tapi lelaki itu sudah menelantarkan kalian, Lastri, kau dan ibumu. Ya, aku memang ayah tirimu. Tapi aku tak pernah sedikitpun menganggap mu sebagai anak tiri. Aku menyayangimu sama seperti Putra, adik tirimu. Kau sama seperti anak kandungku. Ayah sayang kamu Lastri. Kamu tau, Lastri? Dia lah lelaki yang sengaja menabrak ibumu hingga lumpuh seperti sekarang. Lelaki itu, ayah mu sengaja melakukannya karena menginginkan seluruh kekayaan ibumu.”
“apa?”
Lastri tak kuasa menahan tubuh langsingnya, lemah, badannya terserak begitu saja di lantai.



-the end-
Subang, 26 June 2012
-esage-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar