Kembali, kita berdialog, lagi.
Seperti malam-malam lalu;
Ketika purnama juga petang yang mendung.
Apa yang lagi-lagi kita perbincangkan?
Sebuah goresan di atas kertasku
Telah menggemparkan malam tenang kita
Perlu ku ingatkan?
Kau hanya seorang dokter, bukan penulis
Kita tak bicara tentang suntikan dan
obat-obatan, benar?
Aku yang mengerti tentang tinta
“Kenapa?” katamu
Haruskah ku jawab, sedang kau harusnya bisa
menilainya dari raut mukaku?
Kau diam
Dan aku kesal
“Apa?” kataku
Kau semakin diam; mungkin lelah, mungkin
kesal
Begitulah si Keras Kepala dan si Kepala
Batu memulai
Otaknya saling berbenturan, hebat!
Tentang tinta…
Aku menyesal telah membuat goresan
Dan, seperti yang ku katakan,
Tak seharusnya aku menyesal,
Karena aku memang seorang penulis
Tinta adalah hidupku
Apa yang harus disesali?
Tentang tinta…
Aku tahu isi hatimu,
Aku tahu isi pikiranmu, saat itu
Kau tahu isi hatiku?
Kau tahu isi pikiranku?
Bacalah aku,
Seperti saat kau menganalisa sakit
pasienmu
Lalu mendiagnosa
Ah, semoga analisamu tepat padaku
Tentang cinta…
Dimana garis pantai semakin terkikis
oleh gairah ombak,
Setelah lelah menabrak dinding karang
yang kokoh tegak
Dan goresan diatas pasir pun lenyap tak
berkerak
Tentang cinta…
Ku harap tak ada lagi cerita di atas
pasir pantai
Yang membuat gamang sang amatir ini
Yang membikin si Keras Kepala dan Kepala
Batu ini
Saling membenturkan kepalanya
Demi cinta!!
Goresan dikertasku itu karena tintamu
Ya, pesan mu dan resep obat mu
Dan aku yang harus menghapusnya?
Tak bisa! Kau yang harus!
Dan demi cinta…
Kau menyuntikku dengan vitamin yang kau
sebut Rindu
Dan aku semakin kuat untuk kembali
menulis cerita-cerita
Hingga malam kembali larut
Lalu fajar datang dan tak lagi cemberut
Hilang
juga perdebatan hebat dan muka yang kusut
Kau dan aku kembali rujuk
23
Maret 2013
-esage-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar