Hey Bung…
Jangan buang bungkus rokokmu, biar aku yang simpan
baik-baik sebagai kenang-kenangan dari pertemuan kita di bangku taman sebelah
utara itu.
Hey Bung…
Jangan buang bungkus rokokmu, jangan juga kau beri pada
pemulung yang sejak tadi mengincar bungkus dan isinya. Biar aku yang simpan
baik-baik untuk ku lukis sebuah nama yang tengah ku pikirkan.
Sepeninggal kau dari sini, meninggalkan aku dan bungkus
rokok yang ku pinta, ku mulai memahat satu demi satu huruf dengan rokok yang
masih bisa ku hisap. Hingga ujung padam, masih tersisa deretan kata yang
tersimpan di memori otakku.
Hingga habis ku hisap, tak kunjung datang juga seseorang
yang telah ku ukir namanya itu.
Oh, mungkin tak cukup hanya satu lukisan bungkus rokok.
Ku lambaikan tangan pada seorang laki tua, meminta satu bungkus rokok dan
memberinya selembar kertas dengan 4 (empat) digit angka 0 (Nol) dibelakang
angka 1 (satu). Cepat ku bakar dan ku hisap semua isinya……hingga kering rasanya
paru ini.
Mulali ku ukir lagi namanya dengan sisa rokok yang masih
ku bakar.
Tapi masih saja tak datang.
Ada apa gerangan Tuan??
Datanglah barang sejenak untuk beri makan merpati yang kelaparan, atau
sedikit berbincang denganku, tanyakan keadaan kota atau sekedar menikmati
merahnya langit sore bersama rokokmu, lagi.
-ESAGE-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar