Rabu, 11 April 2012

Symphony Bungkus Rokok


Hey Bung…
Jangan buang bungkus rokokmu, biar aku yang simpan baik-baik sebagai kenang-kenangan dari pertemuan kita di bangku taman sebelah utara itu.

Hey Bung…
Jangan buang bungkus rokokmu, jangan juga kau beri pada pemulung yang sejak tadi mengincar bungkus dan isinya. Biar aku yang simpan baik-baik untuk ku lukis sebuah nama yang tengah ku pikirkan.

Sepeninggal kau dari sini, meninggalkan aku dan bungkus rokok yang ku pinta, ku mulai memahat satu demi satu huruf dengan rokok yang masih bisa ku hisap. Hingga ujung padam, masih tersisa deretan kata yang tersimpan di memori otakku.

Hingga habis ku hisap, tak kunjung datang juga seseorang yang telah ku ukir namanya itu.
Oh, mungkin tak cukup hanya satu lukisan bungkus rokok. Ku lambaikan tangan pada seorang laki tua, meminta satu bungkus rokok dan memberinya selembar kertas dengan 4 (empat) digit angka 0 (Nol) dibelakang angka 1 (satu). Cepat ku bakar dan ku hisap semua isinya……hingga kering rasanya paru ini.

Mulali ku ukir lagi namanya dengan sisa rokok yang masih ku bakar.

Tapi masih saja tak datang.
Ada apa gerangan Tuan??  Datanglah barang sejenak untuk beri makan merpati yang kelaparan, atau sedikit berbincang denganku, tanyakan keadaan kota atau sekedar menikmati merahnya langit sore bersama rokokmu, lagi.




Bdg, 9 Desember 2010 
-ESAGE-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar