#2
Yupz,
hari ini 20 Mei 2012. Bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Acara Talkshow bersama salah satu penulis novel Best Seller Indonesia,
sekaligus puncak acara audisi penulis muda itu. Ya ya ya… Saya tak lagi
berharap pada sebuah tropy atau penghargaan apapun itu. Saya cukup putus asa,
bahkan sangat putus asa. Ini audisi karya tulis saya yang pertama. Dan saya
mengacaukannya. “Terimakasih atas kecerobohannya”, ya, saya hanya bisa menerima
makian dari diri saya yang lain. Owh god!!! Sampai hari ini pun saya masih
terpikir betapa cerobohnya saya. Bahkan saat melihat antrian peserta lain
didepan gedung dimana acara puncak itu diselenggarakan. Menyesal.
Oke,
saya ke tempat ini bukan untuk mencari sebuah tropy, bukan untuk mencari sebuah
hadiah yang tak seberapa. Saya mencari sesuatu yang bisa saya ‘manfaatkan’
untuk menjadi apa yang saya inginkan. Kecerobohan tempo hari bukan untuk terus dipikirkan, cukup dijadikan
pelajaran penting yang harus selalu menjadi peringatan. Jangan ceroboh, jangan
malas untuk membaca berulang-ulang hasil tulisan, dan jangan terlalu cepat
yakin bahawa apa yang kita tulis itu benar dan baik.
Acara
dimulai… sang penulis best seller pun
sudah mulai berbagi pengalamannya yang menarik. Teman disebelah saya yang juga termasuk
salah satu peserta audisi sempat berbisik “tu
orang enak banget yak idupnya” saat mendengar si Penulis Negeri 5 Menara
itu menceritakan tentang beasiswa-beasiswa yang didapatnya, juga kesempatan
berkeliling 30 negara, mungkin lebih. Saya hanya menjawab dalam hati, “gampang
itu sekarang, dulunya mungkin saat dia menulis, dia pernah mengalami hal yang
membuatnya lebih depresi dari kejadian kesalahan penulisan tanggal dicerpen seperti
ku. Siapa yang tahu, kan?” masih sedikit kesal atas kecerobohan beberapa hari
lalu.
Tiba
saat mengumuman pemenang audisi. Entah kenapa saya begitu yakin bahwa teman
disebelah saya ini akan menjadi salah satu pemenangnya. Mungkin karena gaya
yang dia punya. Gaya bicara dan bahasa yang dia pakai sehari-hari, ya semacam
ada sesuatu yang saya lihat. Sebuah bibit talenta.
Dan
benar saja, namanya lah yang pertama keluar sebagai pemenang audisi penulis
muda di kota terpencil ini. Dengan hanya 1 kata yang keluar darinya, “ME??” dan
muka bengong yang khas darinya, muka bego planga-plongo. Ya dia mungkin merasa
sedang berada di dunia mimpi atau apalah itu. Kategori ini saya benar-benar menyerah,
dan memang benar. Nama saya tak ada didaftar pemenang.
Cerpen?
Lewat. Dan saya tidak lolos sebagai penulis cerpen. Tak ada sedikitpun kecewa,
ya, karena saya tahu betul kesalahan dan kekurangan saya. Dan saya benar-benar
tidak ada sedikit pun harapan untuk menjadi salah satu dari mereka yang sudah ‘resmi’
menjadi ‘penulis’.
Tanpa
saya sadari, seorang wanita yang dipercaya menjadi seorang Master of Ceremony atau MC menyebutkan satu nama, “Sally Aryanti
Gustina” sebagai pemenang pertama. Apa? Siapa? Bahkan saya lupa kapan terakhir
kali “Gustina” itu disebutkan lengkap sebagai kesatuan nama seperti itu.
Satu
ketidaksadaran. Ya, saya berada diantara sang pemenang. “Sajak Ranjang Reot
membawa saya untuk berada di antara mereka?? Benarkah??” berpikir dalam hati. Tapi ternyata bukan
sajak blablabla yang telah mengangkat saya, melainkan si mungil “I”. Sebait
puisi kecil yang ternyata besar dimata mereka yang membaca, yang sama sekali
tak dibumbui niat, dan harapan untuk menjadi yang ‘terbesar’.
3
baris kata yang berjejer begitu “Kartini”, katanya.
Satu
lagi pelajaran, jangan egois. Saya bukan pembaca, saya bukan penilai. Orang
lain yang membaca, orang lain yang menilai, orang lain yang (mungkin) lebih
peka. Saat saya berbicara dengan tangan, orang lain membacanya dengan hati atau
dengan kacamatanya sendiri yang membuat segalanya menjadi berbeda pada setiap
mata.
Sama
seperti “Man Jadda Wa Jada”, yang menjadi kata ajaib. Tak banyak bicara, namun
berbobot.
Tak
perlu jadi manusia yang ‘banyak bicara’ untuk menjadi ‘besar’
-Hawe Setiawan- , (Workshop Sastra dan Bahasa Sunda, April 2012)
Subang,
20 Mei 2012
-esage-
hebat "Tak perlu jadi manusia yang ‘banyak bicara’ untuk menjadi ‘besar’"
BalasHapusmakasih :)
BalasHapus