Sabtu, 08 September 2012

Drama Menari



kertas
"setiap orang bisa membentuk kata-kata indah, merangkainya dalam puisi. tapi, bisakah ia memberinya ruh?"

pena
"bilamana tinta dan kertas bersetubuh, maka terciptalah nyawa dan ruh dalam rangkaian kata"

kertas
"dihadapan sepasang kekasih yang saling cumbu
diatas buku,
bersetubuh,
sungguh...
ijinkan aku mencoba barang sekecup
agar aku dapatkan ruh,
sungguh...
aku butuh keliaran tinta mu"

pena
“Ketika ku goreskan itu, kau pun menggeliat dengan lincahnya,
tapi saat berhenti...
deru nafas terengah,
saat itulah aku datang untuk bersua membawa roh dalam imaji”
kertas

“Berhenti?
Hey, bahkan kita belum saling tatap. Kau pikir seberapa jantan kau mampu menari ditubuhku? Lantas bisakah sang ruh mengisi setiap lekuk imajinya?
Lihat, aku menggigil..aku putih…aku pucat…
Dimana ruh? Dimana tubuh?”

pena
“Bukan masalah jantan atau tidak...!! Aku berhenti karena terengah-engah dan terasa buntu..
Ku rasa dalam keadaan buntu seperti itu dengan sekuat tenaga ku meregang menekan keras hingga cairan
di dalamku keluar tak beraturan membasahi tubuh mu!!”

kertas
“Sabar bung…
Perlahan…
Jangan kau kotori aku begitu saja
Aku ingin lama
Agar ruh kembali iba”

pena

“Perlahan? Perlahan?
Selalu kau ucap!
Sedang kau hanya diam dibawah sana
Tetapi aku…aku…
Aku yang meraba, menari di atasmu”

kertas

“Kenapa? Kau tak suka? Tak mau?
Hentikan saja tarian mu
Biar aku mencari ruh ku sendiri”

pena

“Itulah egomu, kau tak sadari bagaimana rasanya anti-klimkas!!”

kertas

“Wah wah wah…lihat… siapa itu yang merasa hebat?
Baik, baik…lihat dan lakukan saja apa yang kita bisa
Hingga AKU dan KAU menjadi sebuah irama”








 
By. Esage (@sally_esage ) & Ananda Permadi (@GilSatria )

Subang-Sukabumi, Juni 2012

Diskusi pasca Workshop Sastra Sunda 2012 ( Workshopnya Sunda, hasilnya malah gak ada sunda-sundanya sama sekali. Tak apa lah yaaa…yang penting berkarya. Tul?!  )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar