Kamis, 20 September 2012

Mesin Waktu

Sedetik aku berada di persimpangan,
Malioboro, tempat ku berpijak.
Delapan belas tahun lalu,
sepasang kuda putih menghantar ceriaku
Berjingkrak di bawah lampu-lampu, beranjak pijar lugu


Bersamanya aku melenggang,
ditemani langgam yang diam-diam mendalam
ditelinga, disukma
Dirinya masih dengan kebaya dan selendang sutera,
kain berlamban sederhana, bersahaja.
Sebuah potret ku cekal,
menggantung berahi untuk tetap di sini.
bersama Delapan Belas yang lalu
aku masih dengan Over all mungil yang kedodoran,
atau Britel yang menjadi andalan
sepatu kelinci, bak Jet Li
Hah, gaya macam apa ini?!
Asal bersamanya, menjadi badut pun
ya, tetap badut

Sayup gamelan terdengar dari entah,
Semakin dalam ku rasuki gelisah

Sedetik ku terpaku di Malioboro
Sedetik ku terhipnotis di Paris
bersama bunga-bunga yang meniris, dan
Gedung Sate yang meringis

Seketika potret yang ku genggam menjelma sesak dan sesal,
menyembul aral
Berebut waktu banal
ingin berjumpa kekal


-esage-
Bdg, 20 Sept 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar