Dear diablogary…
Mei sudah berakhir. Juni didepan mata.
Tiba-tiba aku merindukan sosok lelaki
tinggi besar yang sering diceritakan si wanita macho itu dulu.
Tertarik
untuk mengabadikan moment-moment keduanya yang menurutku itulah yang menjadikan "kartini" ku itu semakin ‘macho’ dan perkasa. Aku tak tahu pasti apa yang
terjadi kala itu. Tapi aku tahu sebuah rahasia dibalik sorot mata keduanya.
Memikirkannya,
membuat ku ingin tahu cerita “lelaki tinggi besar” lainnya. Aku bertanya. Dan
tak ku sangka, “lelaki tinggi besar” lainnya begitu istimewa di mata para malaikat
kecil. Begitu antusias mereka bercerita. Senyum, kesal, hingga bulir yang
hampir saja terjun bebas dari mata seorang malaikat yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan sok jurnalis ku.
Sungguh,
ku kira tiada yang lebih istimewa dari sosok “Kartini”ku yg begitu meng-Kartini.
Ternyata, tidak. Jangan lupakan lelaki tinggi besar yang menjadi ‘pagar betis’
mu.
Bertanya.
Ya, hanya itu yang bisa ku lakukan untuk mencari tahu bagaimana sosok lelaki
tinggi besar itu.
“Ayahku
mengajarkan segalanya, musik, foto. Tapi beliau juga adalah ironi, karena
setelah aku mencintai semua yg diajarkan-nya beliau menolak mati-matian saat
aku mau berkarir di bidang kesenian”, begitu lah mas Adhe Prastyo
menjawabnya.
“Ayah? Ayah ku yg
Bawel, tegas, disiplin, baik, humoris yg kadang Garing setengah mati. Yang
selalu mengajarkan hidup ku untuk berbuat baik tanpa pandang bulu n' tak boleh
mudah tersinggung. Tidak kalah bawel nya saat ngomel pada ibu, dan kata orang
ayahku adalah orang yang seram, di balik hati nya yang pink beuud..dan paling
ga suka dari ayah selalu menciptakan BODOR nu super RENYAH, KATIGA, GARING tak
lupa dgn 1 kebiasaan nya yaitu suka bgt di foto. Ganjen beuud… ingin ayah
yang seperti bapak Ipda. Dayat Hidayat ya itu ayahku” aku
tahu betul bagaimana ekspresi Diana Asri saat membayangkan sosok “lelaki tinggi
besar” nya yang berseragam itu.
Tapi Siti Fatonah berkata
lain, “ayahku
adalah orang paling setia. Setia pada ibuku, setia pada waktu, setia pada apa
yang dikerjakannya. Sifatnya yang pendiam malah bikin anak-anaknya segan. Sosok
bijak yang gak pernah banyak omong, tapi nasehatnya bikin ati adem. Cuma ayah
yang paling setia ngerawat ibu yang udah lama sakit. Menuntun, menggandeng,
sampe menggendong ibu. Kami, anak-anaknya, malah gak sampe segitunya. Ya bisa
bayangin sendiri lah gimana sayangnya ayah ke ibuku”
sambil kantung matanya menahan bulir-bulir yang ingin segera meluncur dari mata
bulatnya.
Aku bisa merasakan hangat
disekujur tubuhku andai aku berada diantara salah satunya. Yang ‘ironi’, yang
berseragam namun konyol, atau yang berwibawa. Hanya senyum-senyum sendiri
melihat jawaban-jawaban yang terus berdatangan dari satu pertanyaan saja. Juga
jawaban yang langsung mengalir dari mulut dua orang perempuan berjilbab di
dalam kamar kost ini.
Hhhhhh,,,,,,indah ya?!
Begitu toh gambaran lelaki
tinggi besar yang mereka miliki seumur hidupnya. Ya, ya, ya. Pantas mereka kompak
menjawab “aku gak mau ayah yang lain” saat aku Tanya “kalo bisa milih, kalian
pengen ayah yang kayak gimana sih??”. Hanya saja ada beberapa yang menambahkan
“pengen ayah yang selalu kasih duit lebih walopun gak diminta”. Hahahaaa…yang
ini siapa yang gak setuju??
Ayah, ya, lelaki tinggi
besar yang selalu diceritakan "kartini"ku tempo dulu. Diceritakan, tapi tak
bisa ditemui. Hhh…apa maksudnya coba???!!!
-bersambung-
-esage-
Sbg, june 1st 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar