Jumat, 01 Juni 2012

Part 1


Dear diablogary…

Mei sudah berakhir. Juni didepan mata.
Tiba-tiba aku merindukan sosok lelaki tinggi besar yang sering diceritakan si wanita macho itu dulu.
Tertarik untuk mengabadikan moment-moment keduanya yang menurutku itulah yang menjadikan "kartini" ku itu semakin ‘macho’ dan perkasa. Aku tak tahu pasti apa yang terjadi kala itu. Tapi aku tahu sebuah rahasia dibalik sorot mata keduanya.
            Memikirkannya, membuat ku ingin tahu cerita “lelaki tinggi besar” lainnya. Aku bertanya. Dan tak ku sangka, “lelaki tinggi besar” lainnya begitu istimewa di mata para malaikat kecil. Begitu antusias mereka bercerita. Senyum, kesal, hingga bulir yang hampir saja terjun bebas dari mata seorang malaikat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan sok jurnalis ku.
            Sungguh, ku kira tiada yang lebih istimewa dari sosok “Kartini”ku yg begitu meng-Kartini. Ternyata, tidak. Jangan lupakan lelaki tinggi besar yang menjadi ‘pagar betis’ mu.
            Bertanya. Ya, hanya itu yang bisa ku lakukan untuk mencari tahu bagaimana sosok lelaki tinggi besar itu.
          Ayahku mengajarkan segalanya, musik, foto. Tapi beliau juga adalah ironi, karena setelah aku mencintai semua yg diajarkan-nya beliau menolak mati-matian saat aku mau berkarir di bidang kesenian”, begitu lah mas Adhe Prastyo menjawabnya.
            Ayah? Ayah ku yg Bawel, tegas, disiplin, baik, humoris yg kadang Garing setengah mati. Yang selalu mengajarkan hidup ku untuk berbuat baik tanpa pandang bulu n' tak boleh mudah tersinggung. Tidak kalah bawel nya saat ngomel pada ibu, dan kata orang ayahku adalah orang yang seram, di balik hati nya yang pink beuud..dan paling ga suka dari ayah selalu menciptakan BODOR nu super RENYAH, KATIGA, GARING tak lupa dgn 1 kebiasaan nya yaitu suka bgt di foto. Ganjen beuud… ingin ayah yang seperti bapak Ipda. Dayat Hidayat ya itu ayahku” aku tahu betul bagaimana ekspresi Diana Asri saat membayangkan sosok “lelaki tinggi besar” nya yang berseragam itu.
Tapi Siti Fatonah berkata lain, “ayahku adalah orang paling setia. Setia pada ibuku, setia pada waktu, setia pada apa yang dikerjakannya. Sifatnya yang pendiam malah bikin anak-anaknya segan. Sosok bijak yang gak pernah banyak omong, tapi nasehatnya bikin ati adem. Cuma ayah yang paling setia ngerawat ibu yang udah lama sakit. Menuntun, menggandeng, sampe menggendong ibu. Kami, anak-anaknya, malah gak sampe segitunya. Ya bisa bayangin sendiri lah gimana sayangnya ayah ke ibuku” sambil kantung matanya menahan bulir-bulir yang ingin segera meluncur dari mata bulatnya.
Aku bisa merasakan hangat disekujur tubuhku andai aku berada diantara salah satunya. Yang ‘ironi’, yang berseragam namun konyol, atau yang berwibawa. Hanya senyum-senyum sendiri melihat jawaban-jawaban yang terus berdatangan dari satu pertanyaan saja. Juga jawaban yang langsung mengalir dari mulut dua orang perempuan berjilbab di dalam kamar kost ini.
Hhhhhh,,,,,,indah ya?!
Begitu toh gambaran lelaki tinggi besar yang mereka miliki seumur hidupnya. Ya, ya, ya. Pantas mereka kompak menjawab “aku gak mau ayah yang lain” saat aku Tanya “kalo bisa milih, kalian pengen ayah yang kayak gimana sih??”. Hanya saja ada beberapa yang menambahkan “pengen ayah yang selalu kasih duit lebih walopun gak diminta”. Hahahaaa…yang ini siapa yang gak setuju??
Ayah, ya, lelaki tinggi besar yang selalu diceritakan "kartini"ku tempo dulu. Diceritakan, tapi tak bisa ditemui. Hhh…apa maksudnya coba???!!!



-bersambung- 



-esage-
Sbg, june 1st 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar