Minggu, 03 Juni 2012

Part 2


“udah siap??” seorang lelaki jangkung tipis dengan kaos gombrang biru tua terburu-buru masuk kedalam rumah, tanpa menutup pintu mobilnya yang terparkir di garasi. Aku yang tengah asik menonton DVD merasa terganggu dengan suara langkah kakinya yang segede kaki Yeti si Big Foot.

“Mau kemana sih mas?”

“Cimahi” sambil menyerobot toples keripik yang tengah ku peluk

“Ngapain?”

“Kok ngapain? Heh kamu kenapa belum ganti baju? Belum mandi ya loe?”
kenapa sih si papan seluncur ini?  Biasa juga dia yang paling males mandi.

Lama-lama males juga denger tu abang-abang ngoceh mulu nyuruh mandi. Akhirnya masuk kamar mandi, dan cuma cuci muka doang. “Untuk gadis 12 taun, aku udah cantik banget banget banget kok, gak perlu mandi lagi” (◡‿◡✿) Iyaaa, aku ngomong sama kaca kok. Huh!!

14.04 pedal gaspun diinjak si papan seluncur, abangku. Semoga sabtu ini Bandung gak macet.
Meluncurlah si VW kodok putih itu dari salah satu bukit di Lembang, tempat kami tinggal. Tidak melintas di kawasan macet Bandung, ternyata. Wuzzzzzz…nyaris 100KM/jam. Wanita di samping abangku udah ngomel-ngomel. Sedangkan aku malah dibuat ngantuk oleh udara Parongpong Lembang dan sayup-sayup suara si David Bayu beserta musik naifnya dari iPod baru ku.
Sampailah si kodok putih didepan gerbang tinggi berwarna hitam pekat, seperti penjara. Imajinaasiku langung membayangkan sosok seperti apa saja yang ada didalamnya. Wanita ‘awet muda’ berjilbab pink perlahan keluar dari badan si kodok, disusul si papan seluncur. Sebelum mereka menyuruhku keluar, aku lebih baik disini saja bersama headphone yang masih terpasang juga si angry bird yang tengah jadi bantalku. Kenapa harus keluar? Toh, sampai sekarang pun aku tak diberi tahu maksud kita bertiga datang ke tempat ini. Tadinya ku pikir kita bertiga mau makan-makan disekitaran kota Bandung. Si papan seluncur kan baru saja di angkat dari jabatan di kantornya.
Terlihat ibuku sedang berbicara dengan wanita tua berdaster batik di depan rumah dengan gaya klasik modern itu. Sesekali ibu menoleh ke arah si papan seluncur yang berdiri di samping si kodok, juga ke arah ku. Tak lama, dengan wajah yang datar ibu kembali menghampiri kami. Entah apa yang ibu dan abangku bicarakan, yang jelas si papan seluncur itu terlihat lesu dan perlahan mengenakan kacamata retro aneh nya.
“yang tadi siapa bu?” kalimat pertama yang ku ucapkan selama perjalanan misterius ini
“ayah lagi keluar kota”
HAH?? APA?? AYAH?? JADI INI RUMAH AYAH??
Terlambat!! Si papan seluncur sudah menancap gas…



 
-bersambung-


Sbg, 3 June 2012
-esage-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar