“udah siap??” seorang
lelaki jangkung tipis dengan kaos gombrang biru tua terburu-buru masuk kedalam rumah,
tanpa menutup pintu mobilnya yang terparkir di garasi. Aku yang tengah asik menonton
DVD merasa terganggu dengan suara langkah kakinya yang segede kaki Yeti si Big
Foot.
“Mau kemana sih mas?”
“Cimahi” sambil
menyerobot toples keripik yang tengah ku peluk
“Ngapain?”
“Kok ngapain? Heh kamu
kenapa belum ganti baju? Belum mandi ya loe?”
kenapa sih si
papan seluncur ini? Biasa juga dia yang
paling males mandi.
Lama-lama
males juga denger tu abang-abang ngoceh mulu nyuruh mandi. Akhirnya masuk kamar
mandi, dan cuma cuci muka doang. “Untuk gadis 12 taun, aku udah cantik banget
banget banget kok, gak
perlu mandi lagi” (◡‿◡✿)
Iyaaa, aku ngomong sama kaca kok. Huh!!
14.04 pedal gaspun diinjak si papan seluncur,
abangku. Semoga sabtu ini Bandung gak macet.
Meluncurlah
si VW kodok putih itu dari salah satu bukit di Lembang, tempat kami tinggal. Tidak
melintas di kawasan macet Bandung, ternyata. Wuzzzzzz…nyaris 100KM/jam. Wanita
di samping abangku udah ngomel-ngomel. Sedangkan aku malah dibuat ngantuk oleh
udara Parongpong Lembang dan sayup-sayup suara si David Bayu beserta musik
naifnya dari iPod baru ku.
Sampailah
si kodok putih didepan gerbang tinggi berwarna hitam pekat, seperti penjara. Imajinaasiku
langung membayangkan sosok seperti apa saja yang ada didalamnya. Wanita ‘awet
muda’ berjilbab pink perlahan keluar dari badan si kodok, disusul si papan
seluncur. Sebelum mereka menyuruhku keluar, aku lebih baik disini saja bersama headphone
yang masih terpasang juga si angry bird yang tengah jadi bantalku. Kenapa harus
keluar? Toh, sampai sekarang pun aku tak diberi tahu maksud kita bertiga datang
ke tempat ini. Tadinya ku pikir kita bertiga mau makan-makan disekitaran kota Bandung.
Si papan seluncur kan baru saja di angkat dari jabatan di kantornya.
Terlihat
ibuku sedang berbicara dengan wanita tua berdaster batik di depan rumah dengan
gaya klasik modern itu. Sesekali ibu menoleh ke arah si papan seluncur yang
berdiri di samping si kodok, juga ke arah ku. Tak lama, dengan wajah yang datar
ibu kembali menghampiri kami. Entah apa yang ibu dan abangku bicarakan, yang
jelas si papan seluncur itu terlihat lesu dan perlahan mengenakan kacamata
retro aneh nya.
“yang tadi siapa bu?” kalimat
pertama yang ku ucapkan selama perjalanan misterius ini
“ayah lagi keluar
kota”
HAH??
APA?? AYAH?? JADI INI RUMAH AYAH??
Terlambat!!
Si papan seluncur sudah menancap gas…
-bersambung-
Sbg, 3 June 2012
-esage-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar