Dear, kekasih…
Bagaimana senyummu hari ini? Senyum yang
selalu ku rindu. Kau baik-baik saja kan, kekasih? Katakan padaku jika kau tak
baik, ya?!
Aku menulis surat ini masih diatas tempat
tidur, kekasih, ditemani bakteri yang menelanjangi tulangku. Tidak, aku
baik-baik saja, dengan senyum mu yang kulihat dari bingkai emas yang terjalur
halus. Dan aku akan tetap baik-baik saja bersama senyum itu, kekasih.
Sehari yang lalu, setelah ku dapatkan dua
lembar surat dengan wangi tubuhmu, juga sebuah bingkai dengan senyum yang manis
di dalamnya, keadaanku jauh membaik. Rasanya daging yang mulai berlubang kini
mulai merapat dan menempel kembali hingga kulit. Berjanjilah untuk terus
mengirimiku senyum itu, kekasih.
Kekasih, aku bosan berdiam diri disini saja.
Aku ingin menemanimu menyusuri Braga seperti saat itu. Menyesatkan diri
ditengah keramaian kota. Hingga kau mengeluh kelelahan. Hihihii…maaf ya,
kekasih, aku belum sanggup membeli kendaraan yang lebih nyaman dari sepeda tua
pemberian ayahku. Tapi kau tampak senang saat itu. Hingga tubuhmu terkapar di
rumputan hijau di sebuah bukit di Dago. Wajah itu, senyum itu, selalu sama. Kau
meninju pundakku saat ku bilang kau cantik saat kelelahan. Tapi sungguh, bukan
itu yang membuatmu cantik, tapi ketulusan senyum mu yang membuatku meleleh
dibawah kabut.
Tahukah kau, kekasih? Aku baru saja belajar
untuk kembali berjalan, dibantu perawat yang cantik. Ah, tapi kecantikan itu
bukan milikmu. Percuma. Andai saja kau yang menemaniku, sudah pasti kaki ku
akan lebih cepat berlari. Jangan cemburu ya, semua ku lakukan agar aku bisa
lekas berjalan ke kotamu, menemuimu. Berjanjilah untuk tetap menungguku.
Jangan terlalu mengkhawatirkanku, kekasih. Aku
akan segera pulih. Aku berjanji, kelak saat aku bisa berlari di atas kaki ku
sendiri, aku akan berlari kearahmu, menemuimu, menjemputmu. Pegang janjiku,
kekasih, dan tetaplah tersenyum untukku. Karena senyummu selalu hangatkan
pagiku yang dingin, dan malam ku yang lembab oleh darah yang sepertinya ingin cepat
menghilang dari tubuhku. Karena senyummu yang mampu menutup setiap luka.
Aku mencintaimu, kekasih…
November, dua tahun lalu, Braga.
Sepeda kumbang melaju menembus kegaduhan,
Kau, Aku, menjadi Kita di bawah langit
mendung
Kita yang kan membuatnya cerah bermentari
Hangat seperti sendu wajahmu
Senyum simpul manis mu yang selalu
terkembang,
Ijinkan ku simpan disetiap lekuk tubuhku
Aku mencintaimu, kekasih…
Teruntuk
yang terkasih,
Dara
Nopember17th,
1962
Sbg,
17 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar