Jumat, 23 November 2012

Secangkir Teh Hangat

Kau tahu, Rona, kemarin aku bicara tentang sepasang kenari yang sembarang melintas ke depan jendela kamarku? Katanya sekarang salah satunya kehilangan yang lainnya.

Kau tahu, Rona, kemarin ada seorang pemulung gelas dan botol air mineral bekas yang selalu bergantung dengan gerobaknya? Katanya siang tadi gerobaknya dirusak oleh preman pasar yang mukanya sangar dan badannya kekar.



Kau tahu, Rona, sore itu indah karena matahari yang bersiap pergi. dibiarkan berlalu, dan dilepaskan dengan cinta di kaki langit; di pantai dan puncak gunung.

Kau tahu, Rona, aku tak ingin hujan berpisah dengan secangkir teh hangat yang ku genggam. aku tak ingin tetesan hujan berhenti membentuk bercak-bercak air di jendela. aku tak ingin salah satunya pergi dan menghilang, meskipun andai kepergiannya seindah rona merah langit itu.

Aku tahu, Kau; Rona, kau yang hilang dari langit kala musim penghujan mengganti. tinggal bayangmu yang selalu ku hirup dalam setiap aroma teh yang ku cium. sore yang cerah, kenari menari berpasangan, para pemulung berpulang dengan hati tenang karena gerobak berisi uang, juga rona merah membayang, tentu saja, juga lembayung berarak menggantung.

Ah…manis…semanis aroma teh hangat dalam genggaman.

Semanis sore bersama hujan dibalik jendela kamar…



20112012
-esage-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar